Ajang "Banyuwangi Ethno Carnival" (BEC) yang akan digelar pada Sabtu, 17
Oktober 2015, mengangkat tema mengenai pernikahan warga suku asli
daerah itu, yakni Using.
Bupati Banyuwangi Abdullah azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur,
Jumat menjelaskan, karnaval megah yang akan dibuka Menteri Pariwisata
Arief Yahya ini akan menghadirkan ratusan peserta yang memeragakan ragam
pengantin ala Suku Using dalam balutan kostum kontemporer.
"Kami terus konsisten mengeksplorasi budaya kami. Banyuwangi Ethno
Carnival pun kami gelar dengan tema khusus tiap tahunnya karena budaya
lokal kami yang memang sangat kaya. Setelah tahun-tahun sebelumnya
sempat mengangkat Gandrung dan Barong Using, tahun ini yang kami
persembahkan adalah tradisi pengantin Suku Using," katanya.
Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini sendiri merupakan daerah
yang ditempati beragam etnis. Salah satunya adalah Suku Using yang
merupakan suku asli daerah itu.
Anas menambahkan, pemilihan tema yang akan diangkat dalam setiap
kegiatan akbar budaya Banyuwangi merupakan hasil diskusi dengan sejumlah
budayawan dan seniman Banyuwangi.
Mengingat mereka dinilai memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
lebih tentang tradisi serta budaa yang berkembang di Banyuwangi.
"Dalam penyusunan temanya kami selalu melibatkan budayawan serta
seniman. Selain mereka memiliki pengetahuan lebih, pelibatan mereka ini
untuk menjaga norma serta pakem-pakem tradisi setiap atraksi budaya yang
akan kami tampilkan. Saat daerah lain getol membawa tema global dalam
event budaya lokal, kami justru memperkenalkan budaya lokal ke publik
global," tutur Anas.
Karnaval yang memadukan modernitas dengan seni tradisional ini akan
dibagi tiga subtema, yaitu Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan
Sekar Kedaton Wetan.
Sembur Kemuning merupakan upacara adat pengantin masyarakat
pesisiran di Banyuwangi. Kostum yang dikenakan didominasi warna kuning,
jingga dan ungu.
Sementara Mupus Braen Blambangan yang didominasi warna merah, hitam
dan emas merupakan upacara adat pengantin masyarakat kelas menengah.
Sekar Kedaton Wetan merupakan upacara adat untuk pengantin kaum
bangsawan yang nantinya akan diperagakan penampil dengan kostum dominasi
warna hijau dan perak.
"Dalam gelaran BEC ini, pengantin Using akan ditampilkan dalam
bentuk desain fashion yang berkarakter oleh para desainer muda
Banyuwangi. Inilah yang membedakan BEC dengan ajang serupa dari daerah
lain, karena kami fokus dan bangga pada kebudayaan sendiri," papar Plt.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda.
Dalam gelarannya nanti, kata Bramuda, parade BEC akan dimulai dari
Taman Blambangan dengan panggung seluas 10 x 16 meter dan dilengkapi
"cat walk" sepanjang 70 meter.
Pergelaran ini, katanya, akan diawali tari Gandrung kolosal.
Setelahnya, akan disambung prosesi ritual adat kemanten Using, yakni
perang bangkat. Sebuah ritus adat yang dilakukan dalam acara pernikahan
apabila kedua mempelainya adalah anak terakhir atau anak "munjilan".
Ritual perang bangkat ini diawali dengan "padu-paduan" atau
sahut-menyahut antarperwakilan keluarga kedua mempelai yang saling
meminta agar anak mereka bisa dipersatukan.
"Padu-paduan ini akan diakhiri dengan kata sepakat dari kedua
keluarga untuk menyatukan mempelai dan diikuti penyerahan uba rampe
kepada keluarga pengantin perempuan. Yakni berupa kembang mayang, bantal
yang dibungkus dengan tikar dan seekor ayam betina yang tengah
mengerami telurnya," paparnya.
Usai prosesi ini, penonton akan menyaksikan lima penampil khusus
BEC dari mancanegara. Menyusul di belakangnya parade defile best BEC
2015 yang kemudian diikuti penampilan 37 peserta BEC cilik yang
menampilkan kostum pengiring manten Using.
Selanjutnya, penampil utama The Usingnese Royal Wedding akan
menghibur penonton dengan beragam kostum kreasinya yang moderen dan
kontemporer. Diawali dari penampil BEC Sembur Kemuning, lalu barisan
kemanten Mupus Braen Blambangan dengan warna kostumnya yang menyala. Di
barisan terakhir, puluhan kemanten dengan kostum bertemakan Sekar
Kedaton Wetan akan menjadi pamungkas.