Muzdalifah
https://www.box.com/s/bb4rmtecvqedbsjivr94
Jumat, 13 November 2015
Kapal Cepat Angkutan Laut Banyuwangi-Jimbaran Dibuka
Satu lagi alternatif untuk memecah kepadatan jalur penyeberangan Denpasar-Gilimanuk dibuka melalui jasa angkutan laut Banyuwangi-Jimbaran. Diberangkatkan melalui dermaga Pantai Boom, angkutan menggunakan kapal cepat ini diklaim hanya butuhkan waktu 2 jam menuju dermaga Jimbaran, Nusa Dua.
Jalur yang dipastikan tanpa macet dan aman ini akan dibuka mulai 15 Desember mendatang. Armada yang disiapkan beragam, mulai kapasitas 25 orang hingga 150 orang.
"Ini akan menjadi pilihan. Jalur laut langsung lebih cepat dan bebas hambatan," kata Edi Sunyoto, pemilik jasa angkutan laut di Banyuwangi, Rabu (11/11/2015).
Edi menerangkan, pihaknya sengaja membuka jalur cepat laut itu tak hanya untuk memudahkan transportasi Jawa-Bali. Tapi juga untuk mengenalkan potensi wisata yang ada di Banyuwangi.
Menurutnya, banyak tempat wisata di Banyuwangi yang terpendam. Seperti, pantai Pulau Merah, Teluk Ijo dan Pulau Tabuhan. Dengan angkutan cepat ini, pihaknya berharap wisatawan asing bisa tertarik berkunjung ke Banyuwangi. Pihaknya mentargetkan Banyuwangi bisa menjadi pilihan pariwisata selain Bali dan sedikitnya 400 wisatawan per hari dari Bali berkunjung ke Banyuwangi.
"Dari Bali ke Gilitrawangan saja, kami bisa membawa hingga 800 wisatawan per hari. Di Banyuwangi, kami targetkan setengahnya," pungkas Edi yang juga praktisi pariwisata ini.
Jumat, 16 Oktober 2015
Masyarakat Banyuwangi Sambut Muharram dengan Jenang Suro
BANYUWANGI -- Masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur mempunyai cara khusus dalam rangka merayakan Tahun Baru Islam, 1 Muharram atau 1 Suro dalam tradisi Jawa. Mereka membuat jenang suro sebagai hantaran ke tetangga atau saudara.
Salah seorang warga Banyuwangi, Yarmeli (56) mengatakan masyarakat di desa-desa menggelar selamatan dengan membuat jenang suro. Makanan ini terbuat dari tepung beras yang ditanak dengan santan dan serai, diberi kuah kare, irisan telur dadar, dan kacang tanah yang digoreng. Ada juga yang menambahkan serundeng atau kelapa yang digoreng.
"Rasanya mirip bubur ayam," kata Yarmeli kepada Republika, Rabu (14/10).
Mengantar jenang suro, kata Yarmeli merupakan tradisi turun temurun bagi keluarga osing - masyarakat asli Banyuwangi -yang akan terus diajarkan kepada anak cucu. Ini juga bermakna memperkuat hubungan silaturahmi dengan tetangga dan saudara.
Menariknya, saat mengantarkan jenang suro dengan piring ke tetangga atau keluarga, si penerima cukup menarik alas daun pisang yang dibentuk membulat, kemudian dipindahkan ke piring lainnya. Kegiatan selamatan ini tidak secara khusus diumumkan di masjid, namun lebih kepada inisiatif masing-masing individu.
Warga Banyuwangi lainnya, Rahmawati Setyoardinie menambahkan Banyuwangi juga secara rutin menggelar festival anak yatim setiap perayaan Muharram. Ribuan anak yatim mengikuti berbagai rangkaian acara, seperti korab, khitanan massal, doa bersama, dan berbagai lomba.
"Festival anak yatim tahun ini rencananya akan digelar 18 Oktober," ujar Rahmawati.
Festival Anak Yatim juga rangkaian dari Banyuwangi Festival 2015. Semua anak yatim dari yayasan dan sejumlah panti asuhan di seluruh Banyuwangi mengikuti kegiatan ini. (Mutia Ramadhani)
Berakhir Pekan di Banyuwangi, dari Kebo-keboan hingga Festival Ngopi
Untuk anda yang akan berkunjung ke Banyuwangi pada akhir pekan ini bisa menyaksikan beberapa agenda besar pariwisata di kabupaten paling ujung Pulau Jawa ini, seperti Banyuwangi International Run, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Kebo-keboan, hingga Festival Ngopi Sepuluh Ewu.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, pengusaha nasional Sandiaga Uno, dan beberapa pelaku industri kreatif dijadwalkan menghadiri agenda tersebut. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menjelaskan, agenda pariwisata seperti BEC dan Festival Ngopi Sepuluh Ewu menjadi pengungkit kunjungan wisatawan ke Banyuwangi.
"Apa yang kami sajikan dalam Banyuwangi Festival dengan berbagai event seperti karnaval etnik, festival kopi, International Run, maupun tontonan tradisi budaya adalah untuk memperpanjang siklus destinasi agar wisatawan makin punya beragam pilihan di Banyuwangi," kata Anas.
Banyuwangi International Run yang akan digelar Sabtu (17/10/2015) pukul 06.00 ini digagas bersama antara Gerakan Berlari Untuk Berbagi (BUB) dan Pemkab Banyuwangi dengan total hadiah Rp 100 juta. Pada hari yang sama juga digelar Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang mengusung tema The Usingnese Royal Wedding. Tradisi Pengantin Using yang akan diparadekan adalah Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan.
Tradisi Kebo-keboan Desa Alasmalang, Banyuwangi, Jawa Timur.
Setelah
BEC, Minggu (18/10/2015) akan digelar tradisi Kebo-keboan di Desa
Aliyan, Rogojampi dan Festival Anak yatim. Kebo-keboan (kerbau) adalah
sebuah ritual masyarakat lokal, di mana sejumlah orang didandani seperti
kerbau dan seluruh tubuhnya dilumuri jelaga hitam. Ritual ini adalah
bentuk tradisi permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan
panen berlangsung sukses.Sementara festival anak yatim adalah cara Pemkab Banyuwangi untuk menyenangkan anak yatim. Pada hari itu akan diserahkan sejumlah beasiswa khusus bagi anak yatim dan mereka yang kurang mampu. Di acara yang digelar di halaman pendopo kabupaten ini, akan disediakan pula mainan anak dan makanan gratis bagi para anak yatim dan piatu.
Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda memaparkan, akan ada sebuah acara menarik lain, di mana para wisatawan bisa mencicipi kopi cita rasa Banyuwangi dalam sebuah Festival Ngopi Sepuluh Ewu dengan 10.000 cangkir.
Pengunjung menikmati acara minum kopi bersama 10 ribu cangkir di Desa Kemiren Banyuwangi Selasa (19/11/2013)
"Sepuluh
ewu" dalam bahasa setempat berarti 10.000. Festival minum kopi khas
Using (masyarakat asli Banyuwangi) ini digelar 20 Oktober malam hari di
desa adat Kemiren yang merupakan salah satu basis masyarakat Using.
Seluruh latar rumah di Desa Kemiren akan disulap menjadi ruang tamu yang
menyuguhkan kopi Using dan jajanan tradisional Banyuwangi.Menariknya, warna dari ribuan cangkir yang disuguhkan adalah seragam. Cara penyajiannya juga seragam karena diyakini bisa menghasilkan rasa kopi terbaik. "Semuanya gratis. Ini akan jadi malam yang romantis, karena di depan tiap rumah akan dipasang obor sebagai penerangan," imbuh Bramuda.
Banyuwangi Ethno Carnival 2015 Hadirkan Busana Pengantin Suku Using
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2015, parade fashion warga Bumi Blambangan yang akan digelar pada Sabtu (17/10/2015) mendatang mengangkat tema Usingnese Royal Wedding. Acara yang akan menghadirkan ratusan peserta tersebut akan memperagakan ragam busana pengantin suku Using.
Pada Banyuwangi Ethno Carnival tahun sebelumnya Banyuwangi mengangkat tema Gandrung dan Barong Using. "Dalam penyusunan temanya kami selalu melibatkan budayawan serta seniman. Selain mereka memiliki pengetahuan lebih, pelibatan mereka ini untuk menjaga norma serta pakem-pakem tradisi setiap atraksi budaya yang akan kami tampilkan dengan cara yang lebih modern," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada KompasTravel, Kamis (15/10/2015).
Karnaval yang digelar di Taman Blambangan akan dibawakan sekitar 200 talent yang dibagi menjadi tiga sub tema yaitu Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan. Sembur Kemuning merupakan upacara adat pengantin masyarakat pesisiran di Banyuwangi. Kostum yang dikenakan didominasi warna kuning, orange dan ungu.
Sementara Mupus Braen Blambangan yang didominasi warna merah, hitam dan emas merupakan upacara adat pengantin masyarakat kelas menengah. Sekar Kedaton Wetan merupakan upacara adat untuk pengantin kaum bangsawan yang nantinya akan diperagakan penampil dengan kostum dominasi warna hijau dan perak.
“Dalam gelaran BEC ini, kemanten Using akan ditampilkan dalam bentuk desain fashion yang berkarakter oleh para desainer muda Banyuwangi. Inilah yang membedakan BEC dengan ajang serupa dari daerah lain. Kalau di daerah lain, mereka membawa tema global ke level lokal, sedangkan Banyuwangi justru membawa tema lokal untuk diperkenalkan ke publik yang lebih luas,” papar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Yanuar Bramuda.
Dalam gelarannya nanti, tambah Bramuda, parade BEC akan dimulai dari Taman Blambangan dengan panggung seluas 10 x 16 meter dan dilengkapi cat walk sepanjang 70 meter. Menurut Bramuda, BEC kali kelima ini akan dibuka langsung Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Banyuwangi Ethno Carnival usung pernikahan Suku Using
Ajang "Banyuwangi Ethno Carnival" (BEC) yang akan digelar pada Sabtu, 17 Oktober 2015, mengangkat tema mengenai pernikahan warga suku asli daerah itu, yakni Using.
Bupati Banyuwangi Abdullah azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat menjelaskan, karnaval megah yang akan dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya ini akan menghadirkan ratusan peserta yang memeragakan ragam pengantin ala Suku Using dalam balutan kostum kontemporer.
"Kami terus konsisten mengeksplorasi budaya kami. Banyuwangi Ethno Carnival pun kami gelar dengan tema khusus tiap tahunnya karena budaya lokal kami yang memang sangat kaya. Setelah tahun-tahun sebelumnya sempat mengangkat Gandrung dan Barong Using, tahun ini yang kami persembahkan adalah tradisi pengantin Suku Using," katanya.
Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini sendiri merupakan daerah yang ditempati beragam etnis. Salah satunya adalah Suku Using yang merupakan suku asli daerah itu.
Anas menambahkan, pemilihan tema yang akan diangkat dalam setiap kegiatan akbar budaya Banyuwangi merupakan hasil diskusi dengan sejumlah budayawan dan seniman Banyuwangi.
Mengingat mereka dinilai memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih tentang tradisi serta budaa yang berkembang di Banyuwangi.
"Dalam penyusunan temanya kami selalu melibatkan budayawan serta seniman. Selain mereka memiliki pengetahuan lebih, pelibatan mereka ini untuk menjaga norma serta pakem-pakem tradisi setiap atraksi budaya yang akan kami tampilkan. Saat daerah lain getol membawa tema global dalam event budaya lokal, kami justru memperkenalkan budaya lokal ke publik global," tutur Anas.
Karnaval yang memadukan modernitas dengan seni tradisional ini akan dibagi tiga subtema, yaitu Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan.
Sembur Kemuning merupakan upacara adat pengantin masyarakat pesisiran di Banyuwangi. Kostum yang dikenakan didominasi warna kuning, jingga dan ungu.
Sementara Mupus Braen Blambangan yang didominasi warna merah, hitam dan emas merupakan upacara adat pengantin masyarakat kelas menengah. Sekar Kedaton Wetan merupakan upacara adat untuk pengantin kaum bangsawan yang nantinya akan diperagakan penampil dengan kostum dominasi warna hijau dan perak.
"Dalam gelaran BEC ini, pengantin Using akan ditampilkan dalam bentuk desain fashion yang berkarakter oleh para desainer muda Banyuwangi. Inilah yang membedakan BEC dengan ajang serupa dari daerah lain, karena kami fokus dan bangga pada kebudayaan sendiri," papar Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda.
Dalam gelarannya nanti, kata Bramuda, parade BEC akan dimulai dari Taman Blambangan dengan panggung seluas 10 x 16 meter dan dilengkapi "cat walk" sepanjang 70 meter.
Pergelaran ini, katanya, akan diawali tari Gandrung kolosal. Setelahnya, akan disambung prosesi ritual adat kemanten Using, yakni perang bangkat. Sebuah ritus adat yang dilakukan dalam acara pernikahan apabila kedua mempelainya adalah anak terakhir atau anak "munjilan".
Ritual perang bangkat ini diawali dengan "padu-paduan" atau sahut-menyahut antarperwakilan keluarga kedua mempelai yang saling meminta agar anak mereka bisa dipersatukan.
"Padu-paduan ini akan diakhiri dengan kata sepakat dari kedua keluarga untuk menyatukan mempelai dan diikuti penyerahan uba rampe kepada keluarga pengantin perempuan. Yakni berupa kembang mayang, bantal yang dibungkus dengan tikar dan seekor ayam betina yang tengah mengerami telurnya," paparnya.
Usai prosesi ini, penonton akan menyaksikan lima penampil khusus BEC dari mancanegara. Menyusul di belakangnya parade defile best BEC 2015 yang kemudian diikuti penampilan 37 peserta BEC cilik yang menampilkan kostum pengiring manten Using.
Selanjutnya, penampil utama The Usingnese Royal Wedding akan menghibur penonton dengan beragam kostum kreasinya yang moderen dan kontemporer. Diawali dari penampil BEC Sembur Kemuning, lalu barisan kemanten Mupus Braen Blambangan dengan warna kostumnya yang menyala. Di barisan terakhir, puluhan kemanten dengan kostum bertemakan Sekar Kedaton Wetan akan menjadi pamungkas.
'Bandara Hijau' Banyuwangi Selesai Desember 2015, Bisa Dipakai Boeing 737
Bandar Udara (Bandara) Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur ditargetkan siap beroperasi pada akhir tahun ini. Blimbingsari merupakan bandara yang mengusung konsep hijau (green airport) dengan fasilitas terminal pesawat jet pribadi.
Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan mengatakan, bandara tersebut nantinya akan memiliki landasan pacu atau runway sepanjang 2.200 meter, sebelumnya hanya 1.800 meter. Kemudian untuk terminal akan menampung kapasitas 300-400 orang.
"Blimbingsari itu panjang landasan 1.800 meter, kita mau coba perpanjang sampai 2.200 meter, dan terminalnya sekarang sedang dibangun, konsepnya go green, mudah-mudahan Desember ini selesai," kata Jonan, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Dengan landasan yang lebih panjang, maka bisa mendaratkan pesawat boeing jenis 737-400 dan 737-500. Menurut Jonan, itu sudah cukup bagus dengan mempertimbangkan jumlah penumpang di bandara tersebut.
"737-400 atau 500 bisa, kalau yang 737 800 atau 900 nggak bisa," sebutnya.
Jonan menilai, kedepannya akan banyak maskapai yang tertarik untuk membuka rute ke Banyuwangi, karena besarnya potensi pariwisata di daerah tersebut. Sekarang baru Garuda Indonesia dan Wings Air.
"Nantinya 300-400 orang kalau sudah jadi pembangunannya. Kalau sehari bisa banyak, itu kan banyak penerbangan terjadwal. Kapasitas penumpang kalau di isi penuh sekitar 300-400 orang cukup. 2-3 penrbangan datang barengan atau berangkat barengan, cukup itu," pungkasnya.
Jumat, 09 Oktober 2015
Logo Baru "Tour de Banyuwangi Ijen" Resmi Diperkenalkan
Banyuwangi - Ajang balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) bakal kembali digelar pada 6-9 Mei 2015. Tahun ini, Tour de Banyuwangi Ijen telah memasuki penyelenggaraan tahun keempat. Ajang tersebut telah masuk kalender tahunan Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste Internationale/UCI) dalam kategori 2.2.
Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi hari ini, Minggu (22/5), meluncurkan logo baru ajang balap yang menghadirkan tantangan salah satu tanjakan terekstrem di Asia tersebut.
Peluncuran logo baru Tour de Banyuwangi Ijen digelar di Pantai Boom, destinasi wisata pantai terbaru yang dikembangkan kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" tersebut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, logo baru tersebut dibuat sebagai penanda anyar komitmen pemkab untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran. Logo baru Tour de Banyuwangi Ijen kali ini terlihat lebih rancak dan dinamis.
"Font yang dipakai dalam logo ini segaja kami pilih lebih modern dan tidak kaku. Ini sebagai pemicu untuk selalu mengingatkan kami agar selalu dinamis dan selalu ada yang berbeda dalam setiap penyelenggaraan Tour de Ijen. Logo ini akan kami daftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM," ujar Anas di Banyuwangi, Minggu (22/3).
Lebih lanjut Anas mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah perubahan berkaitan dengan penyelenggaraan International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) pada awal Mei 2015 mendatang.
Perubahan tersebut, kata dia, antara lain, lebih memperkuat paduan antara aspek olahraga, gaya hidup (life style) berbasis budaya lokal, ekonomi, dan pariwisata.
"Secara kualitas otomatis teknis balap sepeda juga akan kami tingkatkan. Mulai dari kualitas peserta pembalap, rute, hingga pengamanan saat berjalannnya lomba. Bahkan, mulai hari ini, tim Tour de Banyuwangi Ijen sedang pemantapan rute bersama race director, Djamaluddin Mahmood. Kami bersyukur, dari tahun ke tahun, penilaian UCI terhadap event ini terus meningkat," ujar Anas.
Dia mengatakan, sentuhan budaya lokal akan diperbanyak dengan menampillkan berbagai seni-tradisi Banyuwangi di sepanjang rute.
"Tour de Banyuwangi Ijen juga menjadi sarana konsolidasi ekonomi masyarakat di mana stan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan kami perbanyak di garis start dan finish," jelas Anas.
Untuk penguatan atraksi, Tour de Banyuwangi Ijen akan banyak melibatkan komunitas seperti pesepatu roda, free style sepeda, dan sepeda tua.
"Jadi, Tour de Banyuwangi Ijen bakal menjadi atraksi sport sekaligus lifestyle, pariwisata, dan ekonomi rakyat," tambah Anas.
Langganan:
Postingan (Atom)