BANYUWANGI -- Masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur mempunyai cara khusus dalam rangka merayakan Tahun Baru Islam, 1 Muharram atau 1 Suro dalam tradisi Jawa. Mereka membuat jenang suro sebagai hantaran ke tetangga atau saudara.
Salah seorang warga Banyuwangi, Yarmeli (56) mengatakan masyarakat di desa-desa menggelar selamatan dengan membuat jenang suro. Makanan ini terbuat dari tepung beras yang ditanak dengan santan dan serai, diberi kuah kare, irisan telur dadar, dan kacang tanah yang digoreng. Ada juga yang menambahkan serundeng atau kelapa yang digoreng.
"Rasanya mirip bubur ayam," kata Yarmeli kepada Republika, Rabu (14/10).
Mengantar jenang suro, kata Yarmeli merupakan tradisi turun temurun bagi keluarga osing - masyarakat asli Banyuwangi -yang akan terus diajarkan kepada anak cucu. Ini juga bermakna memperkuat hubungan silaturahmi dengan tetangga dan saudara.
Menariknya, saat mengantarkan jenang suro dengan piring ke tetangga atau keluarga, si penerima cukup menarik alas daun pisang yang dibentuk membulat, kemudian dipindahkan ke piring lainnya. Kegiatan selamatan ini tidak secara khusus diumumkan di masjid, namun lebih kepada inisiatif masing-masing individu.
Warga Banyuwangi lainnya, Rahmawati Setyoardinie menambahkan Banyuwangi juga secara rutin menggelar festival anak yatim setiap perayaan Muharram. Ribuan anak yatim mengikuti berbagai rangkaian acara, seperti korab, khitanan massal, doa bersama, dan berbagai lomba.
"Festival anak yatim tahun ini rencananya akan digelar 18 Oktober," ujar Rahmawati.
Festival Anak Yatim juga rangkaian dari Banyuwangi Festival 2015. Semua anak yatim dari yayasan dan sejumlah panti asuhan di seluruh Banyuwangi mengikuti kegiatan ini. (Mutia Ramadhani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar