https://www.box.com/s/bb4rmtecvqedbsjivr94

Jumat, 13 November 2015

Kapal Cepat Angkutan Laut Banyuwangi-Jimbaran Dibuka

Kapal Cepat Angkutan Laut Banyuwangi-Jimbaran Dibuka

Satu lagi alternatif untuk memecah kepadatan jalur penyeberangan Denpasar-Gilimanuk dibuka melalui jasa angkutan laut Banyuwangi-Jimbaran. Diberangkatkan melalui dermaga Pantai Boom, angkutan menggunakan kapal cepat ini diklaim hanya butuhkan waktu 2 jam menuju dermaga Jimbaran, Nusa Dua.

Jalur yang dipastikan tanpa macet dan aman ini akan dibuka mulai 15 Desember mendatang. Armada yang disiapkan beragam, mulai kapasitas 25 orang hingga 150 orang.

"Ini akan menjadi pilihan. Jalur laut langsung lebih cepat dan bebas hambatan," kata Edi Sunyoto, pemilik jasa angkutan laut di Banyuwangi, Rabu (11/11/2015).

Edi menerangkan, pihaknya sengaja membuka jalur cepat laut itu tak hanya untuk memudahkan transportasi Jawa-Bali. Tapi juga untuk mengenalkan potensi wisata yang ada di Banyuwangi.

Menurutnya, banyak tempat wisata di Banyuwangi yang terpendam. Seperti, pantai Pulau Merah, Teluk Ijo dan Pulau Tabuhan. Dengan angkutan cepat ini, pihaknya berharap wisatawan asing bisa tertarik berkunjung ke Banyuwangi. Pihaknya mentargetkan Banyuwangi bisa menjadi pilihan pariwisata selain Bali dan sedikitnya 400 wisatawan per hari dari Bali berkunjung ke Banyuwangi.

"Dari Bali ke Gilitrawangan saja, kami bisa membawa hingga 800 wisatawan per hari. Di Banyuwangi, kami targetkan setengahnya," pungkas Edi yang juga praktisi pariwisata ini. 

Jumat, 16 Oktober 2015

Masyarakat Banyuwangi Sambut Muharram dengan Jenang Suro

Tahun baru Islam

BANYUWANGI -- Masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur mempunyai cara khusus dalam rangka merayakan Tahun Baru Islam, 1 Muharram atau 1 Suro dalam tradisi Jawa. Mereka membuat jenang suro sebagai hantaran ke tetangga atau saudara.


Salah seorang warga Banyuwangi, Yarmeli (56) mengatakan masyarakat di desa-desa menggelar selamatan dengan membuat jenang suro. Makanan ini terbuat dari tepung beras yang ditanak dengan santan dan serai, diberi kuah kare, irisan telur dadar, dan kacang tanah yang digoreng. Ada juga yang menambahkan serundeng atau kelapa yang digoreng.


"Rasanya mirip bubur ayam," kata Yarmeli kepada Republika, Rabu (14/10).


Mengantar jenang suro, kata Yarmeli merupakan tradisi turun temurun bagi keluarga osing - masyarakat asli Banyuwangi -yang akan terus diajarkan kepada anak cucu. Ini juga bermakna memperkuat hubungan silaturahmi dengan tetangga dan saudara.


Menariknya, saat mengantarkan jenang suro dengan piring ke tetangga atau keluarga, si penerima cukup menarik alas daun pisang yang dibentuk membulat, kemudian dipindahkan ke piring lainnya. Kegiatan selamatan ini tidak secara khusus diumumkan di masjid, namun lebih kepada inisiatif masing-masing individu.

Warga Banyuwangi lainnya, Rahmawati Setyoardinie menambahkan Banyuwangi juga secara rutin menggelar festival anak yatim setiap perayaan Muharram. Ribuan anak yatim mengikuti berbagai rangkaian acara, seperti korab, khitanan massal, doa bersama, dan berbagai lomba.


"Festival anak yatim tahun ini rencananya akan digelar 18 Oktober," ujar Rahmawati.


Festival Anak Yatim juga rangkaian dari Banyuwangi Festival 2015. Semua anak yatim dari yayasan dan sejumlah panti asuhan di seluruh Banyuwangi mengikuti kegiatan ini. (Mutia Ramadhani)
 

Berakhir Pekan di Banyuwangi, dari Kebo-keboan hingga Festival Ngopi



Untuk anda yang akan berkunjung ke Banyuwangi pada akhir pekan ini bisa menyaksikan beberapa agenda besar pariwisata di kabupaten paling ujung Pulau Jawa ini, seperti Banyuwangi International Run, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Kebo-keboan, hingga Festival Ngopi Sepuluh Ewu.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, pengusaha nasional Sandiaga Uno, dan beberapa pelaku industri kreatif dijadwalkan menghadiri agenda tersebut. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menjelaskan, agenda pariwisata seperti BEC dan Festival Ngopi Sepuluh Ewu menjadi pengungkit kunjungan wisatawan ke Banyuwangi.

"Apa yang kami sajikan dalam Banyuwangi Festival dengan berbagai event seperti karnaval etnik, festival kopi, International Run, maupun tontonan tradisi budaya adalah untuk memperpanjang siklus destinasi agar wisatawan makin punya beragam pilihan di Banyuwangi," kata Anas.

Banyuwangi International Run yang akan digelar Sabtu (17/10/2015) pukul 06.00 ini digagas bersama antara Gerakan Berlari Untuk Berbagi (BUB) dan Pemkab Banyuwangi dengan total hadiah Rp 100 juta. Pada hari yang sama juga digelar Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang mengusung tema The Usingnese Royal Wedding. Tradisi Pengantin Using yang akan diparadekan adalah Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan.

Tradisi Kebo-keboan Desa Alasmalang, Banyuwangi, Jawa Timur.
Setelah BEC, Minggu (18/10/2015) akan digelar tradisi Kebo-keboan di Desa Aliyan, Rogojampi dan Festival Anak yatim. Kebo-keboan (kerbau) adalah sebuah ritual masyarakat lokal, di mana sejumlah orang didandani seperti kerbau dan seluruh tubuhnya dilumuri jelaga hitam. Ritual ini adalah bentuk tradisi permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses.

Sementara festival anak yatim adalah cara Pemkab Banyuwangi untuk menyenangkan anak yatim. Pada hari itu akan diserahkan sejumlah beasiswa khusus bagi anak yatim dan mereka yang kurang mampu. Di acara yang digelar di halaman pendopo kabupaten ini, akan disediakan pula mainan anak dan makanan gratis bagi para anak yatim dan piatu.

Plt Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda memaparkan, akan ada sebuah acara menarik lain, di mana para wisatawan bisa mencicipi kopi cita rasa Banyuwangi dalam sebuah Festival Ngopi Sepuluh Ewu dengan 10.000 cangkir.

 
Pengunjung menikmati acara minum kopi bersama 10 ribu cangkir di Desa Kemiren Banyuwangi Selasa (19/11/2013)
"Sepuluh ewu" dalam bahasa setempat berarti 10.000. Festival minum kopi khas Using (masyarakat asli Banyuwangi) ini digelar 20 Oktober malam hari di desa adat Kemiren yang merupakan salah satu basis masyarakat Using. Seluruh latar rumah di Desa Kemiren akan disulap menjadi ruang tamu yang menyuguhkan kopi Using dan jajanan tradisional Banyuwangi.

Menariknya, warna dari ribuan cangkir yang disuguhkan adalah seragam. Cara penyajiannya juga seragam karena diyakini bisa menghasilkan rasa kopi terbaik. "Semuanya gratis. Ini akan jadi malam yang romantis, karena di depan tiap rumah akan dipasang obor sebagai penerangan," imbuh Bramuda.

Banyuwangi Ethno Carnival 2015 Hadirkan Busana Pengantin Suku Using



Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2015, parade fashion warga Bumi Blambangan yang akan digelar pada Sabtu (17/10/2015) mendatang mengangkat tema Usingnese Royal Wedding. Acara yang akan menghadirkan ratusan peserta tersebut akan memperagakan ragam busana pengantin suku Using.

Pada Banyuwangi Ethno Carnival tahun sebelumnya Banyuwangi mengangkat tema Gandrung dan Barong Using. "Dalam penyusunan temanya kami selalu melibatkan budayawan serta seniman. Selain mereka memiliki pengetahuan lebih, pelibatan mereka ini untuk menjaga norma serta pakem-pakem tradisi setiap atraksi budaya yang akan kami tampilkan dengan cara yang lebih modern," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada KompasTravel, Kamis (15/10/2015).

Karnaval yang digelar di Taman Blambangan akan dibawakan sekitar 200 talent yang dibagi menjadi tiga sub tema yaitu Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan. Sembur Kemuning merupakan upacara adat pengantin masyarakat pesisiran di Banyuwangi. Kostum yang dikenakan didominasi warna kuning, orange dan ungu.

Sementara Mupus Braen Blambangan yang didominasi warna merah, hitam dan emas merupakan upacara adat pengantin masyarakat kelas menengah. Sekar Kedaton Wetan merupakan upacara adat untuk pengantin kaum bangsawan yang nantinya akan diperagakan penampil dengan kostum dominasi warna hijau dan perak.

“Dalam gelaran BEC ini, kemanten Using akan ditampilkan dalam bentuk desain fashion yang berkarakter oleh para desainer muda Banyuwangi. Inilah yang membedakan BEC dengan ajang serupa dari daerah lain. Kalau di daerah lain, mereka membawa tema global ke level lokal, sedangkan Banyuwangi justru membawa tema lokal untuk diperkenalkan ke publik yang lebih luas,” papar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Yanuar Bramuda.

Dalam gelarannya nanti, tambah Bramuda, parade BEC akan dimulai dari Taman Blambangan dengan panggung seluas 10 x 16 meter dan dilengkapi cat walk sepanjang 70 meter. Menurut Bramuda, BEC kali kelima ini akan dibuka langsung Menteri Pariwisata Arief Yahya. 

Banyuwangi Ethno Carnival usung pernikahan Suku Using

Banyuwangi Ethno Carnival usung pernikahan Suku Using

 Ajang "Banyuwangi Ethno Carnival" (BEC) yang akan digelar pada Sabtu, 17 Oktober 2015, mengangkat tema mengenai pernikahan warga suku asli daerah itu, yakni Using.

Bupati Banyuwangi Abdullah azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat menjelaskan, karnaval megah yang akan dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya ini akan menghadirkan ratusan peserta yang memeragakan ragam pengantin ala Suku Using dalam balutan kostum kontemporer.

"Kami terus konsisten mengeksplorasi budaya kami. Banyuwangi Ethno Carnival pun kami gelar dengan tema khusus tiap tahunnya karena budaya lokal kami yang memang sangat kaya. Setelah tahun-tahun sebelumnya sempat mengangkat Gandrung dan Barong Using, tahun ini yang kami persembahkan adalah tradisi pengantin Suku Using," katanya.

Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini sendiri merupakan daerah yang ditempati beragam etnis. Salah satunya adalah Suku Using yang merupakan suku asli daerah itu.

Anas menambahkan, pemilihan tema yang akan diangkat dalam setiap kegiatan akbar budaya Banyuwangi merupakan hasil diskusi dengan sejumlah budayawan dan seniman Banyuwangi.

Mengingat mereka dinilai memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih tentang tradisi serta budaa yang berkembang di Banyuwangi.

"Dalam penyusunan temanya kami selalu melibatkan budayawan serta seniman. Selain mereka memiliki pengetahuan lebih, pelibatan mereka ini untuk menjaga norma serta pakem-pakem tradisi setiap atraksi budaya yang akan kami tampilkan. Saat daerah lain getol membawa tema global dalam event budaya lokal, kami justru memperkenalkan budaya lokal ke publik global," tutur Anas.

Karnaval yang memadukan modernitas dengan seni tradisional ini akan dibagi tiga subtema, yaitu Sembur Kemuning, Mupus Braen Blambangan, dan Sekar Kedaton Wetan.

Sembur Kemuning merupakan upacara adat pengantin masyarakat pesisiran di Banyuwangi. Kostum yang dikenakan didominasi warna kuning, jingga dan ungu.

Sementara Mupus Braen Blambangan yang didominasi warna merah, hitam dan emas merupakan upacara adat pengantin masyarakat kelas menengah. Sekar Kedaton Wetan merupakan upacara adat untuk pengantin kaum bangsawan yang nantinya akan diperagakan penampil dengan kostum dominasi warna hijau dan perak.

"Dalam gelaran BEC ini, pengantin Using akan ditampilkan dalam bentuk desain fashion yang berkarakter oleh para desainer muda Banyuwangi. Inilah yang membedakan BEC dengan ajang serupa dari daerah lain, karena kami fokus dan bangga pada kebudayaan sendiri," papar Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda.

Dalam gelarannya nanti, kata Bramuda, parade BEC akan dimulai dari Taman Blambangan dengan panggung seluas 10 x 16 meter dan dilengkapi "cat walk" sepanjang 70 meter.

Pergelaran ini, katanya, akan diawali tari Gandrung kolosal. Setelahnya, akan disambung prosesi ritual adat kemanten Using, yakni perang bangkat. Sebuah ritus adat yang dilakukan dalam acara pernikahan apabila kedua mempelainya adalah anak terakhir atau anak "munjilan".

Ritual perang bangkat ini diawali dengan "padu-paduan" atau sahut-menyahut antarperwakilan keluarga kedua mempelai yang saling meminta agar anak mereka bisa dipersatukan.

"Padu-paduan ini akan diakhiri dengan kata sepakat dari kedua keluarga untuk menyatukan mempelai dan diikuti penyerahan uba rampe kepada keluarga pengantin perempuan. Yakni berupa kembang mayang, bantal yang dibungkus dengan tikar dan seekor ayam betina yang tengah mengerami telurnya," paparnya.

Usai prosesi ini, penonton akan menyaksikan lima penampil khusus BEC dari mancanegara. Menyusul di belakangnya parade defile best BEC 2015 yang kemudian diikuti penampilan 37 peserta BEC cilik yang menampilkan kostum pengiring manten Using.

Selanjutnya, penampil utama The Usingnese Royal Wedding akan menghibur penonton dengan beragam kostum kreasinya yang moderen dan kontemporer. Diawali dari penampil BEC Sembur Kemuning, lalu barisan kemanten Mupus Braen Blambangan dengan warna kostumnya yang menyala. Di barisan terakhir, puluhan kemanten dengan kostum bertemakan Sekar Kedaton Wetan akan menjadi pamungkas.

'Bandara Hijau' Banyuwangi Selesai Desember 2015, Bisa Dipakai Boeing 737

Bandara Hijau Banyuwangi Selesai Desember 2015, Bisa Dipakai Boeing 737

Bandar Udara (Bandara) Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur ditargetkan siap beroperasi pada akhir tahun ini. Blimbingsari merupakan bandara yang mengusung konsep hijau (green airport) dengan fasilitas terminal pesawat jet pribadi.

Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan mengatakan, bandara tersebut nantinya akan memiliki landasan pacu atau runway sepanjang 2.200 meter, sebelumnya hanya 1.800 meter. Kemudian untuk terminal akan menampung kapasitas 300-400 orang.

"Blimbingsari itu panjang landasan 1.800 meter, kita mau coba perpanjang sampai 2.200 meter, dan terminalnya sekarang sedang dibangun, konsepnya go green, mudah-mudahan Desember ini selesai," kata Jonan, di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Dengan landasan yang lebih panjang, maka bisa mendaratkan pesawat boeing jenis 737-400 dan 737-500. Menurut Jonan, itu sudah cukup bagus dengan mempertimbangkan jumlah penumpang di bandara tersebut.

"737-400 atau 500 bisa, kalau yang 737 800 atau 900 nggak bisa," sebutnya.

Jonan menilai, kedepannya akan banyak maskapai yang tertarik untuk membuka rute ke Banyuwangi, karena besarnya potensi pariwisata di daerah tersebut. Sekarang baru Garuda Indonesia dan Wings Air.

"Nantinya 300-400 orang kalau sudah jadi pembangunannya. Kalau sehari bisa banyak, itu kan banyak penerbangan terjadwal. Kapasitas penumpang kalau di isi penuh sekitar 300-400 orang cukup. 2-3 penrbangan‎ datang barengan atau berangkat barengan, cukup itu," pungkasnya.

Jumat, 09 Oktober 2015

Logo Baru "Tour de Banyuwangi Ijen" Resmi Diperkenalkan

Peluncuran Logo Baru International Tour de Banyuwangi Ijen, di Pantai Boom, Banyuwangi, Minggu (22/3)

Banyuwangi - Ajang balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) bakal kembali digelar pada 6-9 Mei 2015. Tahun ini, Tour de Banyuwangi Ijen telah memasuki penyelenggaraan tahun keempat. Ajang tersebut telah masuk kalender tahunan Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste Internationale/UCI) dalam kategori 2.2.
Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi hari ini, Minggu (22/5), meluncurkan logo baru ajang balap yang menghadirkan tantangan salah satu tanjakan terekstrem di Asia tersebut.
Peluncuran logo baru Tour de Banyuwangi Ijen digelar di Pantai Boom, destinasi wisata pantai terbaru yang dikembangkan kabupaten berjuluk "The Sunrise of Java" tersebut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, logo baru tersebut dibuat sebagai penanda anyar komitmen pemkab untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran. Logo baru Tour de Banyuwangi Ijen kali ini terlihat lebih rancak dan dinamis.
"Font yang dipakai dalam logo ini segaja kami pilih lebih modern dan tidak kaku. Ini sebagai pemicu untuk selalu mengingatkan kami agar selalu dinamis dan selalu ada yang berbeda dalam setiap penyelenggaraan Tour de Ijen. Logo ini akan kami daftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM," ujar Anas di Banyuwangi, Minggu (22/3).
Lebih lanjut Anas mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah perubahan berkaitan dengan penyelenggaraan International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) pada awal Mei 2015 mendatang.
Perubahan tersebut, kata dia, antara lain, lebih memperkuat paduan antara aspek olahraga, gaya hidup (life style) berbasis budaya lokal, ekonomi, dan pariwisata.
"Secara kualitas otomatis teknis balap sepeda juga akan kami tingkatkan. Mulai dari kualitas peserta pembalap, rute, hingga pengamanan saat berjalannnya lomba. Bahkan, mulai hari ini, tim Tour de Banyuwangi Ijen sedang pemantapan rute bersama race director, Djamaluddin Mahmood. Kami bersyukur, dari tahun ke tahun, penilaian UCI terhadap event ini terus meningkat," ujar Anas.
Dia mengatakan, sentuhan budaya lokal akan diperbanyak dengan menampillkan berbagai seni-tradisi Banyuwangi di sepanjang rute.
"Tour de Banyuwangi Ijen juga menjadi sarana konsolidasi ekonomi masyarakat di mana stan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan kami perbanyak di garis start dan finish," jelas Anas.
Untuk penguatan atraksi, Tour de Banyuwangi Ijen akan banyak melibatkan komunitas seperti pesepatu roda, free style sepeda, dan sepeda tua.
"Jadi, Tour de Banyuwangi Ijen bakal menjadi atraksi sport sekaligus lifestyle, pariwisata, dan ekonomi rakyat," tambah Anas.

Warna Baru Batik Banyuwangi di Indonesia Fashion Week



Warna Baru Batik Banyuwangi di Indonesia Fashion Week 
 
Sejumlah batik Banyuwangi siap jual di Sanggar Batik Sayu Wiwit, Banyuwangi (26/4). Motif gajah oling merupakan motif yang paling disukai di Banyuwangi. TEMPO/Aris Novia Hidayat
 Perancang busana Priscilla Saputro mengolah batik Banyuwangi dalam karyanya Novum Etno: Colorful Banyuwangi yang ditampilkan dalam Indonesia Fashion Week (IFW) 2015 yang berlangsung Sabtu, 28 Februari 2015.

"Saya tergerak untuk memajukan masyarakat Banyuwangi yang bergerak perlahan tapi tetap maju," kata Priscilla, yang memberi makna "pembaruan" pada kata "novum" di karyanya itu.

"Makna pembaruan ini adalah bahwa hal itu berlangsung terus-menerus di bidang mode dan kini juga dirasakan masyarakat Banyuwangi. Hebatnya, masyarakat di sana melakukan pembaruan," ujar dia.

Kata "etno" ia maknai sebagai gaya etnik yang dipercayainya sebagai keragaman masyarakat di Banyuwangi.

"Ada pergerakan wisata yang luar biasa. Meski mereka memiliki budaya asli, tapi mereka juga tidak apriori dengan budaya yang masuk. Ada semangat tinggi demi melestarikan wisata budaya untuk dikenakan di acara kasual atau pun formal dengan keindahan batik Banyuwangi yang penuh corak warna atau colorful," kata dia.

Menurutnya, sisi lain yang juga menarik dari batik Banyuwangi ini adalah sisi androgini atau kesetaraan gender yang baru-baru ini digalakkan di daerah itu. Setiap orang, baik pria maupun wanita, memiliki kesempatan kerja yang sama.

"Yang menakjubkan, mereka bahu-membahu membangun sektor pariwisata dan ekonomi sehingga siap untuk didatangi para pembeli domestik maupun mancanegara," kata Priscilla.

Priscilla menghadirkan batik-batik Banyuwangi dengan warna cerah, seperti biru muda, ungu, merah muda, oranye, kuning, dan hijau. Semuanya disajikan Priscilla dalam bentuk gaun panjang, rok, blazer, hingga blus. "Saya ingin wanita Indonesia cantik mengenakan keberagaman batik Banyuwangi," ujarnya.

Mengubah Banyuwangi Jadi Kota Digital

Mengubah Banyuwangi Jadi Kota Digital
Saat semua kota berlomba menerapkan kota cerdas (smart city), Banyuwangi merasa percaya diri meneruskan program Smart Kampung. Hal ini untuk menghilangkan sistem pelayanan yang 'kota oriented' menjadi pelayanan untuk desa.

Hal ini dituturkan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, saat menerima kunjungan Direktur Network Telkomsel, Sukardi Silalahi, dalam rangkaian Uji Jaringan menjelang kesiapan mudik lebaran 2015.
Menurut Azwar Anas, Banyuwangi telah mendapatkan banyak penghargaan terkait dengan digitalisasi pelayanan publik. Salah satunya penghargaan Indonesia Digital Society Award yang dihelat Telkom.

"Banyuwangi masuk dalam salah satu dari enam pilot project pembangunan pita lebar (broadband). Targetnya 2021 sudah terpasang broadband di Banyuwangi sehingga kami bisa menggalakkan digitalisasi pelayanan publik di seluruh sektor. Yang terbaru adalah penerapan Banyuwangi in Your Hand," ujar Azwar Anas, Jumat 5 Juni 2015.

Ditambahkan Sukardi, Telkomsel memang sudah sejak lama berkoordinasi dengan pemerintah Banyuwangi untuk mendigitalkan wilayah tersebut. Aplikasi Banyuwangi in Your Hand merupakan satu di antara beberapa digitalisasi yang sudah dan akan dilakukan.

"Ketersediaan aplikasi mobile dengan konten lokal adalah salah satu faktor pendukung penerapan kota cerdas. Kami harap aplikasi ini akan memperkaya Pemkab Banyuwangi yang juga tengah membangun kota cerdas dengan smart kampungnya," ujar Sukardi.

Banyuwangi in You Hand merupakan aplikasi augmented reality yang akan memberikan pengalaman digital ke penggunanya. Di sini terdapat informasi objek wisata, profil Banyuwangi, sampai industri kreatif. Semua tampil dalam format digital.

General Manager Marketing Intelligence Telkomsel, Yudi C Anwar menjelaskan jika aplikasi ini merupakan sub-app dari aplikasi serupa bernama Indonesia in Your Hand. Selain Banyuwangi, Bandung juga telah menerapkan aplikasi serupa. Selanjutnya menyusul Bogor dan beberapa kota lainnya.

"Indonesia in Your Hand dikembangkan sejak dua bulan lalu dan jumlah download-nya mencapai 2 juta lebih sampai sekarang. Kalau Banyuwangi in Your Hands baru dikembangkan dua minggu lalu jadi belum bisa kami berikan data terkait jumlah download," ujar Yudi.
Sayangnya aplikasi ini baru tersedia di Android.

Saat ini, menurut data Sukardi, layanan Telkomsel di Banyuwangi telah digunakan oleh 740 ribu pelanggan atau pangsa pasar sekitar 65 persen. BTS yang ada di Banyuwangi total 346 unit BTS dengan perhitungan 202 unit BTS 2G dan 144 BTS 3G.

"Dari total 740 ribu pelanggan di Banyuwangi, pengguna datanya mencapai 45 persen atau sekitar 330 ribu pengguna. Penggunaan layanan data juga meningkat lebih dari 35 persen dibanding tahun sebelumnya," ujar Sukardi.

Beringin di Alun alun Batang ambruk karena pengambilan keris pusaka

Beringin di Alun alun Batang ambruk karena pengambilan keris pusaka

Ambruknya pohon beringin berumur sekitar 300 tahun di tengah alun-alun Kabupaten Batang Jawa Tengah, ditengarai karena pengambilan pusaka yang berlebihan di pohon keramat tersebut. Sejarawan Batang, Turadi, mengatakan kejadian tersebut mirip yang terjadi 7 tahun yang lalu. Yang mana pada saat itu terdengar ledakan dari pohon tersebut.

"Setelah ditelisik dari sisi mistis, ternyata ada yang mengambil pusaka. Sejenis Keris Nogo Runting. Diduga diambil orang yang tidak bertanggungjawab," sebutnya kepada merdeka.com Jumat (9/10).

Namun ternyata hal itu menjadi pertanda lain. Selang sehari salah satu mantan Bupati Batang meninggal dunia yang masih keturunan Bupati Pekalongan pertama. Pada saat terbelahnya pohon beringin tua tersebut, dari informasi yang dikumpulkan karena ada yang mengambil pusaka Cakra. Berbentuk busur panah yang diujungnya ada cakranya.

"Memang di pohon itu banyak benda mistisnya. Sehingga jadi tujuan orang tidak bertanggungjawab mengambilnya," sesalnya.


Salah satu benda pusaka yang nyata muncul dari pohon tersebut adalah tombak Abirawa. Yang saat ini tersimpan di Museum Tosan Aji Batang, sering dipamerkan dalam waktu-waktu tertentu.

Wakil Bupati Batang H Soetadi, berujar, terbelah dan robohnya pohon tersebut hanya berlambang kiasan saja. Kalau diartikan, pohon Beringin meneduhkan, simbol pengayom masyarakat, jika roboh berarti akan ganti Pengayomnya.

"Berarti harus tanam pohon lagi, intinya kami yang tua akan turun. Diganti yang muda, regenerasi," ujarnya saat ngobrol santai.

Namun ide pohon diganti, ditolak salah satu sesepuh Batang, Mbah Kyai Mahbub yang juga Imam Masjid Agung Batang, meminta agar pohon itu kembali berdiri. Hal itu karena pohon itu sebagai simbol Batang.

Untuk itu Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Batang akan kembali mendirikan pohon tersebut. Setelah merapikan ranting, tanah digali yang dalam untuk memasukkan akar. Baru pohon ditarik dan diberdirikan.

Namun sayangnya, retakan pohon yang roboh ke arah Selatan, akar-akarnya sudah busuk. Sehingga hanya pohon sebelah Utara, yang akan diberdirikan.

Pelajar sampai PNS bakal ramaikan Banyuwangi Batik Festival

Pelajar sampai PNS bakal ramaikan Banyuwangi Batik Festival

Pacu perkembangan industri batik daerah, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, gelar lomba desain motif batik. Acara ini, menjadi bagian dari rangkaian Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2015.
Uniknya, sehari sebelum acara puncak dihelat pada Jumat (9/10) besok, terlebih dulu digelar Fashion on the Pedestrian. Peragaan busana di atas trotoar ini digelar di Taman Blambangan, sebuah taman hijau yang asri di kabupaten berjuluk Sunrise of Java tersebut.
Menggunakan panggung peragaan busana di area pejalan kaki ini akan diikuti 170 peserta asal Banyuwangi. Tidak hanya model profesional, mulai dari pelajar hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) bakal lenggak-lenggok di acara ini.
Menurut salah satu dewan juri desain motif batik, Masiswo menuturkan, lomba ini sudah dilakukan secara konsisten Pemkab Banyuwangi sejak 2011 lalu. Bahkan tergolong berhasil menambah khasanah batik daerah, dari 22 motif batik bertambah menjadi 52 jenis motif.
Juri dari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Kementerian Perindustrian Yogyakarta ini juga mengungkap, menciptakan desain motif batik baru merupakan salah satu cara memicu pasar baru ataupun memperluas pasar yang sudah ada.
"Karena pasar terus berubah. Pasar batik juga bisa jenuh apabila motif-motif yang tampil hanya motif lama. Maka harus selalu ada kreativitas dalam industri batik seperti lomba motif batik baru ini," kata Masiswo seperti rilis yang disampaikan Humas Pemkab Banyuwangi pada merdeka.com, Kamis (8/10).
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo menjelaskan, para model itu sebelumnya sudah melewati tahap seleksi.
"Meski aslinya para peserta ini tidak berprofesi sebagai model, mereka tetap mengikuti seleksi, mulai dari cara berjalan bak peragawati hingga desain baju yang diajukan. Total ada sekitar 456 peserta yang mengikuti audisi, tapi yang lolos hanya 170-an saja," kata Hary.
Para model amatir ini, lanjut dia, akan berlenggak lenggok di atas trotoar sepanjang 350 meter. Mereka akan membawakan kategori busana seperti busana kasual yang akan dibawakan peserta anak-anak. Kemudian busana pesta dibawakan peserta remaja, dan karyawan akan memperagakan busana kerja.
"Untuk memacu kreativitas peserta, kita beri mereka kebebasan untuk menyediakan busananya sendiri. Mereka bisa mendesain sendiri atau langsung menggandeng salah satu IMK batik," terangnya lagi.
Hary menambahkan, selain untuk menarik minat wisatawan, ajang fesyen batik di atas trotoar ini juga untuk lebih membumikan kekayaan batik di tengah masyarakat. "Banyuwangi sekarang punya sedikitnya 52 motif batik. Dengan ajang ini, batik bisa menjadi gaya hidup sehari-hari masyarakat," ucapnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan, selain ingin melibatkan langsung masyarakat dalam mempromosikan batik Banyuwangi dan menumbuhkan kecintaan pada fasyen batik lokal. Selain itu, even ini juga didesain istimewa untuk menunjukkan kalau trotoar bisa menjadi tempat pertunjukan yang aman, ramah dan nyaman.
"Kami ingin fungsi trotoar dikembalikan bagi kepentingan publik," kata Anas.
Anas melanjutkan, ajang ini sebagai upaya mendorong batik sebagai komoditas fasyen yang bisa menggerakkan ekonomi lokal agar terus digalakkan. "Pengembangan pariwisata memang sejalan dengan industri kreatif seperti batik. Dengan makin familiarnya batik Banyuwangi, perajin dan UMKM batik bisa tumbuh. Ini kerja-kerja jangka panjang," tandasnya.

Banyuwangi Suguhkan Even Fashion Show Batik di Atas Trotoar

Para model memperagakan pakaiannya dalam ajang Banyuwangi Festival Batik 2015 yang bertema Batik on The Pedestrian. [Foto: Dian Kurniawan/Liputan6.com]
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi saat ini terus mengembangkan budaya lokal berupa batik untuk mengangkat potensi daerah. Dan kali ini Banyuwangi menyuguhkan Batik On the Pedestrian, yang mengandalkan trotoar Taman Blambangan sebagai tempat catwalk.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa membuat pagelaran berkualitas tidak harus ditempat yang mewah. Di trotoar pun asalkan nyaman bisa menjadi media yang prestis untuk memamerkan potensi daerah.
"Ini sekaligus sebagai cara kami untuk memberikan ruang publik yang nyaman bagi masyarakat. Melalui even ini kami juga ingin membuat industri batik daerah terus bergairah," tutur Anas kepada wartawan di Banyuwangi, Jumat (9/10/2015).
Anas menambahkan even yang menjadi rangkaian Banyuwangi Batik Festival 2015 ini juga untuk lebih membumikan kekayaan batik di tengah masyarakat.
"Banyuwangi sekarang punya sedikitnya 52 motif batik. Dengan ajang ini, batik bisa menjadi gaya hidup sehari-hari masyarakat," harap Anas.
Dalam acara Batik On the Pedestrian, sebanyak 170 peserta membawakan busana batik hasil desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Mereka pun berlenggak-lenggok di atas catwalk sepanjang 350 meter yang terbagi atas kategori anak yang membawakan tema busana kasual, remaja dengan tema busana pesta dan dewasa yang membawakan busana kerja. (Dian Kurniawan/fei)

Serunya Jalan-jalan ke Perkebunan di Banyuwangi



Potensi perkebunan di Banyuwangi Jawa Timur, sangat besar dan sangat menarik untuk dikembangkan. Melihat potensi ini pemerintah Kabupaten Banyuwangi tak hanya ingin mengangkat tapi juga mengemasnya untuk menarik wisatawan.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menjelaskan Kabupaten Banyuwangi memiliki areal perkebunan seluas 82.143,63 hektare yang tersebar di beberapa wilayah. Komoditasnya beragam, mulai kopi, kelapa kopra, kelapa deres, tembakau, kakao, tebu, cengkih, karet, vanili, abaca, kapas, dan kapuk randu.

"Sejumlah komoditas seperti kelapa kopra, vanili, dan kopi telah diekspor ke beberapa negara sejak dulu," ucapnya.

Upaya Pemkab Banyuwangi untuk menggarap potensi perkebunan menjadi tujuan wisata itu dikemas  dalam gelaran "Banyuwangi Plantation Festival" di Kalirejo, Glenmore, Minggu lalu.

Anas mengatakan, festival ini digelar sejalan dengan konsep ekoturisme yang dikembangkan oleh Banyuwangi, sebuah konsep pengembangan pariwisata yang mengandalkan potensi alam dan budaya lokal dengan melibatkan masyarakat setempat.

"Banyak sekali peluang yang ada di perkebunan, tinggal bagaimana kita mengemasnya sebagai peluang untuk menarik wisatawan. Mulai dari alam yang masih 'natural' (alami), hasil perkebunannya sendiri, seperti kopi, karet, kakao, hingga proses pengolahannya. Ini akan menambah destinasi wisata dan memperpanjang siklus pariwisata di Banyuwangi," paparnya.

Menurut dia, pengembangan wisata perkebunan juga bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar. Saat wisatawan berkeliling rute wisata di perkebunan, mereka bisa memesan makanan khas yang disediakan oleh masyarakat setempat.

"Atau bisa juga menyewakan sepeda untuk wisatawan," ujar Anas.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Ikrori Hudanto mengatakan dalam festival perkebunan itu para pengunjung disuguhi berbagai produk komoditas hasil perkebunan dan aneka makanan dan minuman maupun produk barang jadi hasil olahannya.

Selain, kata dia, juga akan dipertontonkan bagaimana pengolahan hasil perkebunan, misal pembuatan gula merah, cokelat, dan cara menyadap karet.

"Seperti Industri Gula Glenmore (IGG) milik BUMN yang akan memamerkan proses pembuatan gula dan pemanfaatan limbah tebu. Dengan pengemasan yang menarik ini, tentunya akan menjadi tujuan wisata yang menarik. Apalagi wisatawan mancanegara, mereka pasti 'excited' melihat bagaimana proses pengolahan produk perkebunan," imbuh Ikrori.

Tidak ketinggalan kegiatan yang paling menarik dan pasti akan disukai para pengunjung, yaitu pesta minum kopi dan cokelat gratis.

"Pengunjung bisa menikmati minuman kopi dan cokelat sepuasnya di sini. Semuanya gratis," tutur Ikrori.

Festival juga akan dilengkapi dengan berbagai pameran potensi daerah lainnya, seperti pameran kehutanan, ternak, dan hortikultura.

"Tidak hanya berisi pameran seputar perkebunan, festival ini juga semakin lengkap dengan adanya tujuan wisata kebun di mana pengunjung bisa berkeliling perkebunan dengan kereta khusus yang disediakan," tuturnya.

Festival perkebunan ini akan diikuti sejumlah peserta mulai dari Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP), Industri Gula Glenmore (IGG), Perhutani, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Ijen, Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo.

Selain itu, ada juga Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka), Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), dan sejumlah pengusaha hortikultura. (Antara)

Cerita Batu "Mistis" Watu Dodol yang Kini Diburu Pecinta Akik



BANYUWANGI, — Batu besar yang terletak di tengah jalan yang berada di Pantai Wisata Watu Dodol mulai dilirik oleh penggila batu akik. Batu besar yang selama ini dikenal mistis sedikit demi sedikit dicongkel demi memperoleh pecahannya.

"Bukan hanya orang Banyuwangi, melainkan juga orang di luar Banyuwangi. Banyak sekali yang datang ke sini untuk ambil batu itu. Katanya buat batu akik," kata Suhariyanto, pemilik warung yang berada di Pantai Watu Dodol.

Kepada Kompas.com, Kamis (19/3/2015), dia bercerita, awalnya memang banyak orang yang berdoa di sana, lalu kemudian kepercayaan berkembang bahwa batu tersebut bertuah. "Kalau tanya usianya, saya tidak tahu. Sudah ratusan tahun. Sebelum zaman Belanda dulu sudah ada. Tidak ada yang bisa memindahkan batu itu. (Letaknya) dulu di tepi pantai, tetapi dibuat jalan di bagian timurnya karena batunya tidak bisa dipindahkan. Takut kualat mungkin," ungkap dia.

Suhariyanto mengaku heran ketika banyak orang yang berani mengambil batu tersebut untuk dijadikan batu akik. "Banyak yang ngambil batu itu mampir ke sini. Kadang pesan kopi buat sajen," kata dia.

Suhariyanto, yang lebih dari 15 tahun berjualan di tempat ini, mengaku khawatir dengan aksi penggemar batu akik tersebut. "Batu itu bisa rusak. Padahal, batu itu unik dan juga bersejarah," ungkapnya.

Sementara itu, Wawan (36), salah satu penggemar batu akik asal Banyuwangi mengaku pernah mengambil batu di wilayah Pantai Watu Dodol sekitar enam bulan yang lalu. "Waktu itu artis Tukul Arwana sempat datang ke sana dan menggambarkan ada penjaga dari makhluk gaib dan akhirnya dianggap bahwa energi batu Watu Dodol sangat bagus," kata dia.

Wawan mengaku, awalnya dia mencari serpihan batu yang jatuh, tetapi tidak menemukannya. Dengan alasan penasaran, dia kemudian mencongkel batu tersebut seukuran kurang dari telapak tangan. "Saat mencongkelnya, saya berdoa dan menggantinya dengan sebatang rokok yang dinyalakan dan diletakkan di bagian bawah. Itu wajib hukumnya kalau tidak ingin terjadi apa-apa," kata dia.

Menurut dia, batu yang berasal dari Watu Dodol mudah hancur saat diasah. "Sama dengan bekas abu rokok. Susah diasah karena memang bukan kategori batu keras," kata dia.

Batu akik asal Watu dodol tersebut banyak dicari karena dianggap lebih bertuah. "Padahal, semua itu hanya sugesti saja," kata Wawan lagi.

Saat Kompas.com melihat kondisi batu yang mempunyai tinggi lebih dari 10 meter tersebut, terlihat banyak congkelan baru di bagian bawah. Selain itu, banyak juga sisa bunga dan sesajen yang berserak di batu yang berada di pintu masuk utara Kabupaten Banyuwangi. 

Naik Haji, Yahya Pergi dengan Kopiah dan 10 Jari Berhiaskan Batu Akik



MAJENE,  — Muhammad Yahya (45), seorang kolektor dan pencinta batu akik asal Majene, Sulawesi Barat, berbahagia setelah Kantor Kementerian Agama menetapkan dirinya sebagai salah satu dari 204 jemaah haji asal Majene yang akan berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini.

Pria yang gemar mengoleksi batu mulia itu pun mengaku akan berangkat dengan perlengkapan, mulai dari kopiah sampai sepatu berbalutkan batu akik beragam motif.

 

Warga Kecamatan Banggae, Majene, itu sudah memakai kopiah, sepatu, dan jari berhiaskan batu akik saat berkumpul di Masjid Ilaikal Masyir Majene, tempat pelepasan jemaah haji asal Majene, tahun ini. Penampilannya ini membuat Yahya jadi pusat perhatian jemaah lainnya.

Ke-10 jarinya dihiasi cincin batu akik, sedangkan kopiah yang dikenakannya juga berbalut aneka batu akik yang dikumpulkannya dari berbagai lokasi di Sulawesi Barat. Tak hanya itu, celana dan ikat pinggang milik Yahya juga dihiasi batu akik warna-warni.

Yahya mengatakan, dirinya membawa misi lain selain ingin beribadah ke Tanah Suci. Dia juga ingin mengampanyekan kekayaan batu akik Sulbar di sana.

“Saya akan mengabarkan jika Sulawesi barat punya kekayaan batu akik cantik yang tak kalah dengan batu mulia lainnya,” ujar Yahya beberapa saat sebelum berangkat ke tanah suci Mekkah, Kamis (3/9/2015).

Yahya menolak menghitung dan merinci nilai rupiah dari semua batu akik yang menempel di sekujur tubuhnya. Yahya hanya mengatakan bahwa satu batu akik miliknya itu senilai Rp 1 juta.

Yahya mengaku sudah belasan tahun mengenakan aksesori batu akik. Batu-batu ini dikoleksi dengan cara dibeli atau didapatnya sebagai hadiah dari para sahabat dan keluarga.

Dia menegaskan bahwa koleksi batu akiknya itu bukan untuk komersial. Ini hanya untuk kesenangan sendiri.

Cari Batu Giok, Seorang Warga Tewas Tertimpa Batu Seberat 2 Ton



MEULABOH,  - Muhammad Jubir yang biasa dipanggil Rustam (42), warga Dusun Cot Sala, Desa Kulam Jereneh, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, tewas tertimpa batu alam sebesar 2 ton saat mencari batu giok di kawasan Hutan Alue Teungku.

“Korban langsung meninggal di tempat karena kepalanya tertimpa batu,” kata Ipda Banta Amat, Kapolsek Betong, saat dihubungi, Senin (25/5/2015).

Menurut Banta, peristiwa naas itu terjadi saat korban bersama seorang rekannya, Anto, tengah mencari batu giok di Hutan Alue Teungku, Kecamatan Beutong. Hutan itu biasa dijadikan warga sebagai lokasi pencarian batu untuk mencapai lokasi itu para pencari batu harus menempuh dua jam perjalanan dengan berjalan kaki.

“Korban tertimpa kepalanya saat tengah mengorek batu-batu kecil yang berada di bawah batu besar itu. Tidak lama kemudian, batu besar yang ada di atasnya jatuh langsung menimpa kepalanya,” katanya.

Setelah kejadian, rekan korban langsung mencari pertolongan dari warga yang berada sekitar lokasi. Saat sejumlah warga ingin menolong, korban sudah tidak bernyawa.

“Kemungkinan korban langsung meninggal setelah tertimpa batu karena saat warga sampai ke lokasi untuk member pertolongan korban sudah meninggal,” katanya.

Setelah mendapat laporan dari warga, Banda Amat, Kapolsek Beutong langsung mengerahkan anggotanya ke lokasi untuk melakukan evakuasi bersama warga.

“Proses evakuasi memindahkan batu yang menimpa korban sekitar dua jam. Batunya besar, kami harus menggunakan dua alat derek. Korban sampai ke rumah duka sekitar pukul 19.00 WIB,” katanya. 

Dorong Wisata Perkebunan, Banyuwangi Gelar Plantation Festival



BANYUWANGI,  - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Plantation Festival di Perkebunan Kalirejo, Kecamatan Glenmore, Minggu (4/10/2015). Festival tersebut digelar untuk mendorong wisata perkebunan di kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa tersebut.

Kabupaten Banyuwangi memiliki lahan perkebunan seluas 82.143,63 hektar yang tersebar di beberapa wilayah. Komoditas kebunnya beragam mulai kopi, kelapa kopra, kelapa deres, tembakau, kokoa, tebu, cengkeh, karet, vanili, abaca, kapas, dan kapuk randu. Sejumlah komoditas seperti kelapa kopra, vanili dan kopi bahkan telah diekspor ke beberapa negara.

“Potensi perkebunan di Banyuwangi sangat besar dan sangat menarik untuk dikembangkan. Kita ingin potensi itu bisa terangkat dan dikemas. Bukan sekadar untuk dipasarkan, namun juga sebagai peluang untuk menarik wisatawan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada KompasTravel.

Festival perkebunan ini diikuti sejumlah peserta mulai dari Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP), Industri Gula Glenmore (IGG), Perhutani Utara, Barat dan Selatan, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Ijen, Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo. Selain itu juga Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Jember, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, dan sejumlah pengusaha hortikultura.

"Kabupaten Banyuwangi memiliki 34 perkebunan dan sangat cocok dijadikan destinasi wisata baru. Apalagi sejalan dengan konsep pariwisata Banyuwangi yang ecotourism, pengembangan pariwisata yang mengandalkan potensi alamnya," kata Anas. 

Batu Akik Motif Macan Asal Banyuwangi Ditawar Rp 30 Juta



BANYUWANGI,  — Salah satu batu akik bermotif Leopard asal Kabupaten Banyuwangi ditawar puluhan juta rupiah. Hal tersebut diungkapkan oleh M Chotib (46), salah satu kolektor batu akik, saat ditemui Kompas.com, Rabu (4/3/2015).

"Ada yang ditawar sampai 30 juta. Semua batu ini saya temukan sendiri di wilayah Banyuwangi selatan. Selanjutnya, saya asah sendiri," kata Chotib yang mengaku mengoleksi batu akik sejak lajang.

Untuk mendapatkan batu dengan motif yang unik, dia keluar masuk hutan serta perbukitan dan juga menyusuri pinggiran pantai. Ia mengaku banyak menemukan batu-batu yang bermotif unik di Banyuwangi.

"Potensi batu akik di Banyuwangi cukup tinggi. Bukan hanya seperti motif Leopard atau macan seperti ini. Ada juga jenis Pyrite yang katanya hanya ada di dataran Afrika. Saya menemukannya di Banyuwangi," katanya dengan menunjukkan bongkahan-bongkahan batu miliknya.

Tidak semua batu yang ia temukan dibawa pulang. Biasanya, ia akan membawa sampel untuk diasah.

"Saya juga masih memikirkan kalau dibawa semuanya lalu orang lain juga mengambil secara besar-besaran, kasihan lingkungannya," katanya.

Ia juga sering mengirimkan beberapa jenis batu untuk dikirim ke luar pulau.

"Terakhir saya kirim batu jenis Chalcedony ke Kalimantan seberat 6 kilo," ungkapnya.

Sementara itu, Akbar Tanjung (28), Wakil Ketua Gamstone Banyuwangi, menjelaskan, Banyuwangi mempunyai semua jenis batu yang disukai oleh pasaran. Bahkan, menurut dia, yang membuat batu asal Banyuwangi lebih menarik ialah karena warna kontrasnya sangat terlihat.

"Ini contohnya, antara warna hijau dan coklatnya sangat kontras sehingga menimbulkan motif yang sangat bagus," kata Akbar sambil menunjukkan bongkahan-bongkahan batu di hadapannya.

Ia menjelaskan, saat diasah, akan ditemukan motif-motif unik dalam batu tersebut.

"Kalau punya saya ini, tulisan Allah dalam bahasa Arab dan ditawar 20 juta. Ada juga yang bergambar seperti perempuan berdoa," katanya sambil menunjukkan satu per satu koleksi milik komunitasnya.

Ia mengaku sebagai penggemar batu akik. Komunitas mempunyai fungsi untuk mengontrol harga batu serta sharing jenis jenis batu yang baru.

"Paling tidak, kami juga membantu mengenalkan Banyuwangi dengan potensi batunya," katanya.

Stadion Senilai Rp 26 Miliar di Banyuwangi Diresmikan



BANYUWANGI,  - Kabupaten Banyuwangi meresmikan Stadion Diponegoro senilai 26 miliar rupiah yang diklaim pembangunannya tidak menggunakan anggaran APBD Provinsi dan anggaran APBN.

"Stadion Diponegoro pembangunannya hanya Rp 12 miliar yang menggunakan anggaran APBD Kabupaten dan Rp 5 miliar dari pihak ketiga sponsor, termasuk lampu penerangan senilai Rp 9 miliar," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Kamis (28/5/2015).

Dia menjelaskan stadion tersebut merupakan model stadion yang dibangun secara kemitraan antara pemerintah dan swasta. Menurut Anas, Pemkab Banyuwangi bisa membangun stadion lebih mewah dibandingkan yang ada saat ini, namun dia lebih mengutamakan nilai fungsinya.

Renovasi Stadion Diponegoro melibatkan arsitek nasional Budi Pradono dengan desain modern dan tradisional. Hal itu bisa dilihat dari ornamen sketsel atau partisi yang menghubungkan antara satu ruangan dengan lainnya, lalu terbuat dari bata merah yang tersusun unik.

Sementara itu, dekorasi dinding luarnya terbuat dari baja ringan yang berukirkan penari Gandrung Banyuwangi dengan berbagai pose.

Stadion Diponegoro tepat berada di kawasan kota Banyuwangi. Stadion ini mulai direnovasi pada 2014 untuk menyambut gelaran Pekan Olahraga Provinsi V Jatim 2015 yang akan dipusatkan di Banyuwangi, 6-13 Juni mendatang, yang akan diikuti tak kurang dari 9311 atlet dan perangkatnya.

“Stadion ini sudah siap seratus persen. Renovasi sudah selesai dan lampu sudah terpasang. Dan rencananya akan sudah mulai dipakai untuk pertandingan uji coba pertandingan awal sepakbola tim Banyuwangi,” papar Anas.

Dia melanjutkan, pemerintah daerah memang membuka kesempatan bagi swasta untuk membangun stadion.

"Ini adalah cara baru membangun stadion dengan melibatkan private partnership. Seperti di sejumlah negara, stadion disponsori swasta yang kemudian namanya berhak dicantumkan sebagai nama stadion, misalnya Etihad Stadium di Manchester, Emirates Stadium di London, atau Allianz Arena di Munich Jerman," ungkapnya.

Menurut dia, saat ini, Pemkab Banyuwangi sedang membuat aturan pihak swasta bisa menyumbang namanya agar tercantum di Stadion Diponegoro.

"Nanti kita lihat dulu jika menyumbang sekian rupiah maka berapa tahun namanya akan digunakan pada nama stadion," jelasnya.

Anas mengatakan, pihak ketiga yang saat ini membantu pembangunan Stadion Diponegoro adalah PT Bumi Suksesindo, perusahaan pemegang izin eksplorasi pertambangan emas di Banyuwangi.

"Saat ini BSI tapi siapa saja bisa ikut kok. Kalau nggak ada pihak ketiga sudah berapa anggaran pemerintah untuk bangun stadion sebesar ini. Nilai yang dikeluarkan pasti lebih dari 12 miliar. Untuk penambahan nama sponsor tunggu dulu regulasi aturannya," pungkasnya. 

Banyuwangi Batik Festival Bangkitkan Gairah Desainer Muda

Banyuwangi Batik Festival Bangkitkan Gairah Desainer Muda 

Banyuwangi -
Perhelatan Banyuwangi Batik Festival (BBF) yang digelar Pemkab Banyuwangi sejak tahun lalu membawa geliat bagi pelaku fashion asal Banyuwangi. Mereka yang selama ini bekerja "underground", merasa diberikan panggung untuk menunjukkan karyanya.

Salah satunya Anita Yuni, desainer fashion asal Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, yang antusias menyambut event festival batik tersebut. Meskipun BBF telah digelar sejak tahun lalu, bagi Anita Yuni, keterlibatannya di BBF tahun ini adalah yang pertama. Anita yang memulai karirnya sebagai desainer aksesoris dengan label Hijabox ini, awalnya tidak tertarik terlibat dalam BBF.

Di benaknya saat itu, BBF hanya sekadar gelaran biasa tanpa sesuatu yang istimewa. Namun, pandangan itu berubah selepas Anita menonton tayangan BBF di jejaring sosial dan ia merasa tertantang untuk terlibat di ajang bergengsi ini.

"Pas akhir tahun lalu, saya iseng melihat Youtube. Saya kaget setelah lihat tayangannya ternyata fashion batik ini digarap dengan serius oleh Pemkab Banyuwangi. Kebetulan juga, saat itu passion saya di fashion design mulai tumbuh. Saya pun memutuskan harus ikut berkiprah tahun 2014 ini," tutur Anita.

Anita yang tinggal di Glenmore, kawasan Selatan Banyuwangi, pun terus mengeksplorasi kekayaan kultur lokal. Saat mengunjungi sejumlah rumah penduduk dia melihat banyak keramik antik peninggalan zaman Belanda dengan motif yang seragam. Warna biru dan putih yang mendominasi motif keramik-keramik tersebut diketahui bernama royal delf blue. Kawasan Glenmore memang dikenal sebagai salah satu basis tempat tinggal warga Belanda ketika masa penjajahan dulu.

"Motif yang menjadi bagian warisan budaya warga Glenmore inilah yang saya angkat untuk bersanding dengan batik banyuwangi. Gambar dan warna khas Belanda itu lalu saya enjawantahkan dalam motif khas batik banyuwangi, yaitu motif Gajah Uling dan Kangkung Setingkes, hingga lahirlah konsep batik yang saya beri nama Holland van Java," ungkap Anita.

Akan ada tiga desain yang ditampilkan Anita. Satu desain glamor untuk perempuan dan dua desain glamor untuk pria. Desain glamor perempuan dengan dominasi warna pink lembut mengusung konsep yang berbeda dari tiga lainnya yang dinamakan "The Blooming Blambangan".

Sebagai desainer yang juga seorang dokter, Anita tidak bisa melepaskan aspek kesehatan dari semua desainnya termasuk yang akan ditampilkan di BBF besok. Anita memilih batik yang dibuat dengan pewarna alam.

Misalnya warna biru diambil dari tanaman indigofera yang difermentasikan. Di ajang BBF yang akan digelar akhir pekan ini, Anita yakin kelak akan menjadi salah satu ajang kreasi spektakuler yang menguji daya seni dan kreatifitas tingkat International.

"Konsistensi pemerintah setempat akan menyeleksi dan membentuk secara alami pekerja dan penggiat seni kreatif," pungkasnya.

Meriahnya Ngulek Sambel Bareng di Festival Sego Tempong Banyuwangi

Meriahnya Ngulek Sambel Bareng di Festival Sego Tempong Banyuwangi

Banyuwangi - Ratusan peserta festival sego tempong berlomba seru ngulek sambel bareng. Dengan berdandan khas ala Banyuwangi jebeng dan thulik, para peserta meramu sambel sego tempong yang pedasnya nendang.

Chef Marinka yang menjadi bintang tamu dalam acara ini ikut berikan tips dan trik supaya sego tempong yang merupakan makanan khas Banyuwangi ini bisa lebih menarik dalam penyajian. Didepan hadapan para peserta, Chef Marinka bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beserta istri Ipuk Festiandhani tak canggung ikut ngulek bareng ramuan super pedas alias sambel tempong.

"Kalau bikin sambel yang pedesnya nampar seperti sambel tempong ini saya harusnya belajar dari peserta. Jadi kali ini saya berikan tips supaya bikin sajian yang lebih menarik dan unik," ujar Chef Marinka saat ngulek sambel tempong di Taman Blambangan, Sabtu (28/3/2015).

Para peserta yang ikut dalam festival ini, semua kompak memakai pakaian khas using ala Jebeng dan Thulik. Segenggam cabai merah, terasi dan bahan pelengkap sambel lainnya diulek bersamaan. Selepas sambal tempong selesai diulek, barulah bahan lain seperti nasi, sayur, ikan asin dan ragam lauk pelengkap lainnya ikut disajikan bersamaan. Tapi tetap yang menjadi bintang dalam sajian ini ialah merah meriahnya sambal hasil racikan para peserta yang seolah mengajak penonton untuk ikut menyantap pedasnya sambal yang super pedas. Wow!

Bupati Anas menambahkan, jika tahun lalu dalam gelaran festival makanan khas disajikan Rujak Soto, tahun kedua ini Sego Tempong dipilih menjadi sajian menu spesial. Festival ini digelar agar bisa memotivasi rakyat untuk terus menyajikan makanan khas selera rakyat yang lebih menarik dan bisa mendunia.

"Jika dulu sego tempong yang dikenal dengan sambal super pedas hanya sajian kampung, kini kami harap bisa lebih mendunia dengan tampilan yang lebih menarik. Ini juga upaya kami untuk memotivasi supaya rakyat terus termotivasi lebih kreatif," pungkasnya.

Tak hanya festival sego tempong, dalam waktu yang sama di kawasan Taman Blambangan dan Gelanggang Seni Budaya (Gesibu) juga digelar dua festival lainnya yang tak kalah heboh, yakni Festival Buah Lokal dan Art Week. Kedua festival ini digelar sepekan penuh hingga Jumat (3/4/2015) mendatang.

Festival Batik Banyuwangi vs Asian Fashion Week, Ini kata Bupati Anas

Festival Batik Banyuwangi vs Asian Fashion Week, Ini kata Bupati Anas 
Banyuwangi - Bupati Abdullah Azwar Anas mengaku puas dengan pelaksanaan 'Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2014' yang telah "mencuri" perhatian publik nasional.

Bahkan BBF ini mampu mengungguli gaung Asian Fashion Week (AFW), event fashion kelas internasional yang pernah digelar di Ciputra World Surabaya dengan R Surya sebagai executive director.

"Saya puas, meski ada beberapa catatan yang harus dibenahi pada event berikutnya," kata Bupati Azwar Anas kepada detikcom di Pendopo Banyuwangi, Minggu (20/9/2014).

Bupati Azwar Anas pun mencoba menggali respor tentang BBF yang digelar Sabtu (19/9) malam kepada wartawan.

"Bagus mana dengan Asian Fashion Week?" tanya bupati kepada wartawan. Kontan wartawan langsung memastikan jika BBF jauh lebih bergengsi.

"Bagus BBF Pak, kalau yang pernah ada di Surabaya itu kesannya biasa saja," jawab seorang wartawan media elektronik.

Meski BBF tahun ini jauh lebih baik, namum Bupati Azwar Anas tetap akan menjadikan BBF pada tahun mendatang jauh lebih baik dan bisa dinikmati warga di Taman Blambangan.

"Tahun depan mungkin di tempat terbuka yang bisa menampung penonton lebih banyak lagi. Dan tadi ada kawan nemui saya jika BBF ini bagus dan akan dibawa ke Milan tahun depan," kata Bupati Azwar Anas.

Bupati juga berterimakasih kepada para pegawai negeri sipil Pemkab Banyuwangi yang telah bekerja keras mensukseskan BBF. 'PNS di Banyuwangi harus bisa, jangan kalah dengan EO. BBF ini dikerjakan juga dengan melibatkan PNS," katanya.

BBF tahun melibatkan disainer top Indonesia Prisilia Saputro dan Irma Lumiga serta Anita Yuni. Sejumlah model luar negeri juga Diboyong ke Banyuwangi untuk mengenakan busana batik Banyuwangi dengan tema Kangkung Setingkes.

Puteri Indonesia Terpikat Keindahan Alam Banyuwangi

Puteri Indonesia Terpikat Keindahan Alam Banyuwangi
Banyuwangi - Keindahan alam Banyuwangi memikat Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira. Selama dua hari, Elvira menghabiskan waktunya untuk menikmati keindahan Pantai Pulau Merah.

Kedatangan Elvira ke kota berjuluk Sunrise of Java ini sekaligus mengisi ajang Banyuwangi Batik Festival (BBF).

"Saya juga take gambar di Pantai Pulau Merah untuk keperluan ajang Miss Universe di Miami, Amerika Serikat, tahun depan. Ini bekal ," ujar Elvira, Sabtu (20/9/2014).

Di Pantai Pulau Merah, Elvira pun diserbu warga untuk diminta foto bersama. "Selfie terus-terusan, tapi saya happy karena wisatawan dan warga Banyuwangi ramah banget," ujarnya.

Selain berwisata ke pantai, Elvira menjajal sejumlah kuliner khas lokal. Di antaranya rujak soto yang memadukan antara bumbu rujak dan bumbu soto. "Makanan ini unik dan bikin kangen. Enak, kata dia.

Menikmati akhir pekan di Banyuwangi, Elvira mengaku belum puas. Dia masih ingin mengunjungi sejumlah destinasi wisata di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu. Masih banyak destinasi wisata yang belum dikunjungi, seperti Pulau Tabuhan, Kawah Ijen, hingga Teluk Hijau.

"Pokoknya datangi, jelajahi Banyuwangi, pasti ingin kembali lagi," kata Elvira.

Ritual Seblang, Bentuk Rasa Syukur dan Tolak Balak Warga Banyuwangi

Ritual Seblang, Bentuk Rasa Syukur dan Tolak Balak Warga Banyuwangi

Banyuwangi - Suku Using Banyuwangi menggelar ritual Seblang Olehsari di bulan Syawal. Sebuah tradisi ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa kepada leluhur.

Prosesi ritual adat ini digelar di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah Jumat (24/7/2015). Ritual adat tahunan ini merupakan agenda Banyuwangi Festival 2015.

Ritual Seblang ini akan digelar selama 7 hari berturut turut, hingga 30 Juli 2015, yang setiap harinya akan dimulai pukul 14.00 WIB dan berakhir menjelang Maghrib.

Ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan itu berlangsung sakral dan magis. Diawali seorang pawang membawa penari ke panggung pertunjukan untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Setelah itu para pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.

Pada tahun ini, penari Seblang jatuh kepada gadis muda, Fidyah Yuliaty. Fidyah yang memiliki garis keturunan Seblang ini adalah pelajar kelas 3 SDN 1 Glagah. Penari Seblang bukanlah penari biasa, yang bisa membawakan tarian ini hanyalah gadis muda yang memiliki 'darah' Seblang dari penari-penari sebelumnya.

"Di Banyuwangi tradisi Seblang ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan oleh gadis muda. Sementara Bakungan digelar di setiap bulan Dzulhijjah setelah Idul Adha, penarinya adalah Seblang tua yang sudah menopause," ujar Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda kepada detikcom.

Untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending, yang diawali Gending Lukinto. Gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual seblang.

Pada hari ke-7 nanti, Seblang akan diarak keliling desa yang disebut ider bumi. Dia akan berjalan beriringan bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Penjuru tersebut adalah Situs Mbah Ketut yang dianggap awal berdirinya desa Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah dan berakhir di Balai Desa. Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari.

Meski digelar setiap tahun, daya pikat ritual Seblang Olehsari ini cukup tinggi. Ribuan masyarakat tampak hadir menyaksikan salah satu tradisi adat suku Using ini. Meski sinar matahari terik, masyarakat dan wisatawan berbaur asyik menikmati tarian magis ini.

"Saya sempat ikut menari soalnya kena sampur dari penari Seblang. Seneng juga agak grogi juga tadi," ujar Devi penunjung dari Genteng. 

Swedia Tertarik 'Green Technology' ala Pemkab Banyuwangi

Swedia Tertarik Green Technology ala Pemkab Banyuwangi 

Banyuwangi -
Pengembangan pembangunan berbasis green technology di Banyuwangi mendapat perhatian Negara Swedia. Dubes Swedia untuk Indonesia Johanna Bismar Skoog saat berkunjung ke Banyuwangi, Sabtu (1/10/2014) menyatakan pemerintah daerah Banyuwangi telah melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

"Banyuwangi telah menciptakan lingkungan kota yang hijau, seperti yang terlihat di kota ini yang telah menerapkan konsep pengembangan green city," kata Johanna.

Swedia dikenal sebagai negara yang peduli terhadap teknologi lingkungan, sambung Johanna, dan ingin pengetahuan serta teknologi yang dimiliki negaranya bisa dimanfaatkan di Banyuwangi. Untuk ini Swedia menawarkan pemanfaatan konsep dan teknologi untuk membantu mengatasi masalah lingkungan.

"Negara kami leading dalam penerapan teknologi hijau. Kami telah berdiskusi dan menawarkan beberapa kerjasama di bidang ini dengan Bupati. Kerjasama dengan Banyuwangi ini juga sebagai dorongan bagi pemerintah Indonesia yang baru untuk mengembangakan green technology di semua wilayah di Indonesia," imbuh Johanna.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, pihaknya tertarik menerapkan teknologi hijau asal Swedia di Banyuwangi.

"Kami tertarik dengan pengelolaan sampah mereka yang ramah lingkingan, dengan cara mendaur ulang sampah menjadi gas," tandas Bupati.

Selain menawarkan penerapan konsep hijau, Dubes Swedia yang berkunjung bersama executive vice president perusahaan pertahanan Swedia, SAAB, Mikael Olsson juga meninjau industri galangan kapal PT Lundin Industry Invest.

Ratusan PNS BKD se-Jatim Belajar Cara 'Jualan' ke Pemkab Banyuwangi

Ratusan PNS BKD se-Jatim Belajar Cara Jualan ke Pemkab Banyuwangi

Banyuwangi - Belajar sambil berlatih entrepreneurship di kalangan birokrat tak melulu dengan ikuti seminar bisnis mahal atau studi banding ke luar negeri hingga merogoh dalam kocek anggaran negara. Contohnya seperti yang dikerjakan oleh ratusan abdi negara dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Timur beserta jajaran SKPD Pemprov Jatim yang memilih belajar dan mengasah entrepreneurship di Banyuwangi. Hasil dari studi ini nantinya akan diterapkan untuk 'menjual' potensi daerah masing-masing.

Kabupaten Banyuwangi dipilih menjadi kota tujuan belajar, lantaran Banyuwangi dinilai miliki tata kelola pemerintahan yang penuh inovasi dan menjalankan konsep birokrasi berjiwa wirausaha.

Kepala BKD Provinsi Jatim, Siswo Heroetoto, mengatakan ia sengaja mengajak rombongan kepala BKD seluruh Jatim dan sejumlah SKPD Pemprov Jatim ke Banyuwangi untuk melihat secara langsung berbagai kemajuan yang telah dicapai Banyuwangi. Dengan diboyongnya ratusan pucuk pimpinan ini mereka diharapkan bisa belajar lebih dekat tentang bagaimana aparat Banyuwangi bekerja.

"Kami ajak 38 kepala BKD se Jatim, 64 kepala kepala SKPD Pemprov, dan 40 PNS muda Pemprov Jatim peserta pelatihan entrepreneurship ke Banyuwangi. Biar mereka bisa melihat dari dekat bagaimana aparat Banyuwangi bekerja," kata Siswo saat ditemui di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Jumat (18/9/2015) sore.

Menurut Siswo, semua keberhasilan yang telah dicapai Banyuwangi ini tak lepas dari peran pemimpinnya yang inovatif. Namun di balik itu, aparatur di Banyuwangi pasti selalu mengasah jiwa entrepreneur yang telah dimiliki. Jiwa entrepreneurship yang dimaksud Siswo adalah birokrat yang mampu mengelola sumber-sumber yang berupa kesempatan dan tantangan menjadi hasil.

"Birokrat di sini kami anggap memiliki kemampuan kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian. Termasuk juga dalam menjalankan tugasnya, pemimpin dan jajarannya memiliki kolaborasi yang baik, hubungannya pun cair dan tidak mengutamakan ego SKPD masing-masing. Dengan gaya seperti ini, mungkin ini yang membuat Banyuwangi bisa menghasilkan karya-karya inovatif yang kreatif," ujar Siswo.

Kepala bidang formasi dan pengembangan BKD Provinsi Jatim, Eka Agus Cahyono, menambahkan Pemprov Jatim menggelar pelatihan entrepreneurship bagi PNS yang berusia muda. Pelatihan ini digelar untuk membekali pegawai memiliki jiwa inovatif, kreatif dan tidak takut gagal dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

"Saya melihat Banyuwangi sudah menjalankan konsep ini. Para peserta pelatihan kami minta untuk belajar dari aparat di sini tentang pemetaan potensi dan berusaha menjadikannya sebagai sesuatu yang inovatif. Ini upaya kita bagaimana mereka bisa menciptakan peluang ekonomi kreatif dari apa yang telah mereka miliki sebelumnya," kata Eka.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan birokrasi entrepreneurship memang sangat penting, khususnya bagi Banyuwangi. Sehingga diharapkan Banyuwangi bisa dengan cepat mengejar ketertinggalan dari daerah lain.

"Makanya saya agak 'cerewet' kepada para birokrat di sini. Karena saya berharap semua PNS lebih peka dan tangguh menghadapi tantangan kerja. Intinya PNS harus handal sebab prestasi yang telah kita raih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan target yang harus dicapai," kata Bupati Anas. 

Terumbu Karang Terancam Rusak Imbas Lego Jangkar Sembarangan

Terumbu Karang Terancam Rusak Imbas Lego Jangkar Sembarangan

Banyuwangi - Terumbu karang di kawasan zona perlindungan bersama Pulau Tabuhan, terancam rusak. Sebab wilayah tersebut sering dijadikan area lego jangkar dadakan oleh kapal-kapal tak bertuan.

Seperti yang terjadi tadi pagi, kelompok nelayan melihat kapal ponton bermuatan batu bara mendadak membuang jangkar sembarangan di area tenggara Pulau Tabuhan. Padahal wilayah perairan yang kini sedang gencar dipromosikan Pemkab Banyuwangi sebagai kawasan wisata bahari bukan area sandar kapal besar.

"Kami mendekat ke posisi kapal, memang posisi kapal memang belum mengganggu lalu lintas laut, tapi setelah kami cek lebih teliti jangkar kapal ponton itu membuat terumbu karang di bawahnya rusak sangat parah sekali. Sudah sering seperti ini," ungkap Ketua Kelompok Nelayan Samudra Bhakti, Ikhwan Arif pada detikcom, Selasa (22/9/2015).

Ikhwan bersama warga dan ratusan anggota kelompok nelayan Samudra Bhakti sejak 2008 lalu dikenal sangat getol melestarikan terumbu karang. Areal seluas 15 hektare mereka konsentrasikan sebagai zona perlindungan bersama.

Tak heran jika kelompok nelayan ini geregetan saat daerah perairan Pulau Tabuhan yang berdampingan dengan area konservasi terumbu karang kerap dijadikan tempat lego jangkar. Kapal yang membuang jangkar sembarangan di kawasan itu sering diprotes oleh nelayan setempat, sebab jangkar bisa secara tidak sengaja membentur terumbu karang dan memicu rusaknya terumbu karang.

"Harapan kami kapal yang parkir atau istirahat bisa di titik tertentu biar karangnya gak banyak yang rusak gini. Kita sudah berupaya konservasi karang, sayang jika upaya kami sia-sia karena mereka tidak mau peduli," imbuhnya.

Sementara Kepala Bidang Kelautan Dislautkan, Untung Widi menambahkan, pihaknya khawatir area sekitar konservasi itu rusak dengan banyaknya kapal-kapal berukuran besar yang sering lego jangkar di sekitar Pulau Tabuhan, sehingga promosi wisata yang dilakukan juga sia-sia.

Menurutnya, lego jangkar juga bisa mengganggu kehidupan terumbu karang, terlebih lagi kawasan perairan tersebut adalah zona perlindungan bersama yang diatur dalam Perda No 8 tahun 2012. Kawasan perairan ini merupakan area konsentrasi konservasi yang juga beberapa kali telah ditanami reef ball oleh dislautkan setempat.

"Lego jangkar kapal sembarangan itu bisa sangat merusak terumbu karang karena lokasinya terlalu dekat dengan wilayah konservasi. Area tersebut juga tengah gencar-gencarnya dipromosikan sebagai kawasan wisata bahari," pungkasnya. 

Tarian Bali, Banyuwangi, dan Aceh Tampil di Indofest

  

Kementerian Pariwisata mendukung even Indofest (Indonesia Festival) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Australia Indonesia di Australia Selatan, Flinders University (presenting partner) dan Adelaide City Council (sponsor). Even Ke-8 di Gedung Seni Adelaide, Museum Australia Selatan, Museum Migrasi dan Perpustakaan Negara pada 5 – 6 Oktober 2015.

Menteri Pariwisata Arief Yahya  menyatakan festival adalah salah satu cara terbaik untuk mengenalkan budaya sebuah bangsa dan mempercayai bahwa seeing is believing dan experiencing is believing. Melihat dan mengalami sendiri membuat yakin, itulah dasar diadakannya Indofest.


Pada festival kali ini beragam komunitas di Australia Selatan berkolaborasi dengan  tujuan  utama memperkenalkan Indonesia ke masyarakat Australia Selatan lewat kesenian, budaya, musik, makanan, dan bahasa Indonesia. Selain itu, ada juga misi meningkatkan minat dan studi tentang budaya dan bahasa Indonesia, juga sebagai wadah  menyediakan kesempatan untuk memperluas jaringan bagi sponsor, pejabat pemerintah Australia Selatan dan Indoneisa.


“Indofest merupakan satu-satunya festival di Australia yang berkelanjutan selama delapan kali dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah Australia, khususnya South Australia dan Kedutaan Besar Republik Indonesia. Animo warga Australia mencapai  90 persen mengunjungi gelaran Indofest,di mana tahun ini diperkirakan ada 10.000 pengunjung di Indofest,” ungkap Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Pasifik Vinsensius Jemadu dalam pernyataan tertulis kepada SH, Jumat (9/10).


Tamu kehormatan yang hadir pada  festival ini antara lain Gubernur South Australia, Menteri Multikultural South Australia, Walikota Adelaide, dan beberapa anggota parlemen South Australia.

"Sembari menikmati sajian makan,  para pengunjung menyaksikan penampilan para seniman Indonesia, ada tarian Bali, Banyuwangi, dan Aceh, dan  tidak sedikit yang kagum dan kemudian memberikan aplaus ketika pertunjukan usai,” Vinsen menambahkan.


Arena budaya dan kuliner menjadi titik keramaian. Masyarakat Adelaide berbondong-bondong menikmati kuliner dan kesenian Indonesia. Ada sate, bakso, rendang, dan beragam makanan tradisional Indonesia lainnya yang disajikan. Antrean panjang pun tidak terhindarkan pada setiap jenis makanan  yang  disajikan
Program Forum Pariwisata juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan lebih jauh tentang pariwisata Indonesia. Industri pariwisata Australia yang berkumpul mendapat penjelasan tentang perkembangan pariwisata Indonesia.

Tentang kebijakan bebas visa, destinasi wisata selain Bali, program-program yang sudah dan akan dijalankan, serta tentunya capaian yang sudah berhasil diraih. Topik Beyond Bali (destinasi wisata selain Bali) sengaja mengemuka untuk memenuhi rasa ingin tahu masyarakat Australia yang ingin lebih mengenal destinasi wisata lainnya di Indonesia. Bali memang sudah sejak lama menjadi destinasi pilihan utama warga Australia yang ingin pelesir.

Kemenpar juga ambil bagian dengan membuka booth  pameran, untuk lebih menggencarkan program Wonderful Indonesia. Disamping memberikan pengunjung merchandise   juga menyampaikan informasi  tentang kepariwisataan Indonesia terutama berkaitan dehgan informasi lebih jauh tentang destinasi-destinasi wisata di Indonesia.

Di sini, para pengunjung banyak yang menanyakan apa saja destinasi wisata yang ada di Indonesia selain Bali.
Australia, adalah salah satu pasar utama pariwisata Indonesia.
Tahun 2014 wisman Australua mencapai 1,1 juta kunjungan, meningkat 17 persen dari tahun 2013. karena Bali masih magnet terbesar, tapi Kemenpar juga mengenalkan destinasi lain yang tak kalah menarik.

60 persen wisman Australia merupakan repeater yang berarti sudah berwisata ke Indonesia lebih dari satu kali. Bisa disimpulkan,  bahwa kunjungan pertama ke Indonesia menimbulkan kesan baik sehingga ada keinginan untuk datang kembali.

 

Dimainkan Ratusan Bocah, Banyuwangi Festival Berlangsung Meriah

Dimainkan Ratusan Bocah, Banyuwangi Festival Berlangsung Meriah  

Banyuwangi - Festival perkusi yang dimainkan ratusan lare Banyuwangi di Gesibu Blambangan, berlangsung meriah. Mereka tampil rancak dan menawan membawakan lagu-lagu tradisional Banyuwangi di Gedung Seni Budaya.

Ratusan penonton yang didominasi anak-anak memadati tribun Gesibu. Mereka tampak antusias untuk menyaksikan atraksi baru ini.

"Teman saya ikut main dalam Lalare Orkestra, saya pengen lihat penampilannya. Saya pengen bisa main acara ini tahun depan," ujar Daffa Khanza (9), Sabtu (1/8/2015) malam.

Festival Perkusi dan Lalare Orkestra merupakan even baru yang masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival. Festival ini merupakan atraksi yang menampilkan 100 anak usia SD hingga SMP dengan memainkan alat musik perkusi tradisional. Seperti gendang, rebana, saron, dan angklung.

Festival ini diawali dengan lagu Using "Layangan" yang dinyanyikan pesinden cilik Banyuwangi, Diah Safira. Pelajar kelas 1 SMP itu membawakannya dengan cantik, lengkap dengan cengkok Usingnya sembari diiringi orkestra lalare (bocah-red). Sontak suasana di Gesibu pun langsung terasa hangat. Berikutnya Diah bersama 5 sinden cilik lainnya berturut tutut membawakan 14 lagu lainnya.

Sementara Wakil bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko menyatakan kekagumannya terhadap atraksi ini. Meski saat ini banyak sekali budaya moderen yang menyerbu anak muda, tapi anak anak Banyuwangi tetap bersemangat menggelar acara ini.

"Ini akan terus kita berdayakan. Saya bangga kalian  tetap mencintai budaya daerah kalian sendiri," kata Wabup Yusuf.

Selain memukau warga Banyuwangi, festival perkusi ini juga memikat wisatawan asing yang sedang berlibur di Banyuwangi. "The attraction is so nice. They played well, even they're all kid," kata Ariana Tores asal Spanyol dengan kagumnya.

Di akhir acara, anggota DPD RI Emilia Contessa yang hadir menyumbangkan suara emasnya dengan membawakan Ulan Andung-Andung dan Isun Lare Osing diiringi lalare orkestra. 

Festival Buah di Banyuwangi Diwarnai Aksi Berebut 'Tumpeng' Durian

Festival Buah di Banyuwangi Diwarnai Aksi Berebut Tumpeng Durian

Banyuwangi - Festival buah asli Banyuwangi resmi dibuka bersamaan dengan festival nasi tempong. Pembukaan festival buah itu diwarnai aksi berebut ratusan buah durian yang disusun menyerupai tumpeng.

Ratusan warga yang menyemut kontan menyerbu 'tumpeng' durian serta aneka buah yang dipajang di depan lokasi festival di sudut Taman Blambangan, Sabtu (28/3/2015).

Pengunjung yang juga terdapat anak-anak serta pelajar itu saling berdesakan. Tua muda, tak peduli para ibu-ibu berusaha berebut mendapatkan durian serta buah lain seperti manggis, jeruk hingga buah naga merah.

Bahkan tak sedikit anak-anak yang terjatuh dan nyaris terinjak-injak. Beberapa pelajar cewek yang jatuh di tengah kerumunan terlihat diselamatkan kawan-kawannya.

Petugas Satpol PP pun berusaha keras menghalau agar tak terjadi korban. "Hati-hati, jangan berebut. Awas anak-anak," teriak Satpol.

Aksi berebut buah itu terjadi sesaat Bupati Abdullah Azwar Anas dan istri serta Chef Marinka membuka festival buah. Secara simbolis, Bupati Anas menikmati buah durian merah yang menjadi khas Banyuwangi.

"Silahkan kawan-kawan wartawan mencicipi durian merah yang enak ini," kata Bupati Anas sembari menyerahkan durian merah ke wartawan.

Festival buah ini menampilkan bermacam produk unggulan hortikultura Banyuwangi. Mulai dari durian, semangka, melon, rambutan, pisang, buah naga, jeruk, jambu biji, belimbing.

"Selain sebagai promosi buah lokal asal Banyuwangi, ini juga sebagai komitmen pemkab untuk terus mengembangkan dan melindungi buah lokal Banyuwangi," tandas Bupati Anas.

Selama ini pemkab Banyuwangi terus berkomitmen untuk melakukan penguatan petani hortikultura dengan memproteksi komoditas buah lokal seiring maraknya serbuan buah impor .

"Kami selama ini melarang semua PNS untuk menyajikan buah impor dalam setiap acara. Bahkan menjenguk kerabat sakit tidak boleh bawa buah impor," terang Bupati Anas.

Ajak Warga Peduli Kebersihan Sungai, Bupati Anas Siapkan Hadiah Sapi

Ajak Warga Peduli Kebersihan Sungai, Bupati Anas Siapkan Hadiah Sapi

Banyuwangi - Pemandangan di Kali Lo, Banyuwangi pada Minggu (26/4/2015) pagi berbeda dari biasanya. Ratusan warga dan Forpimda terlihat 'nyemplung' kali atau sungai sambil membawa kantung plastik. Mereka bersiap menjaring sampah yang bisa menyumbat aliran sungai.

Aksi yang juga dilakukan serentak di 24 kecamatan ini salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk menggugah kepedulian warga terhadap kebersihan lingkungan serta merubah kebiasan pola hidup menjadi lebih sehat yang dikemas dalam Festival Kali Bersih sebagai lanjutan dari Festival Toilet Bersih yang dicanangkan Januari lalu.

Dengan kegiatan peduli lingkungan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bercita cita warga Banyuwangi tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat membuang sampah tapi menjadi bagian dari halaman rumah yang harus dijaga kebersihannya.

"Untuk merangsang, kami siapkan hewan ternak sapi sebagai hadiah. Penilainannya akan di nilai secara diam-diam," kata Anas pada detikcom disela sela kegiatan.

Selain bersihkan sungai, kegiatan yang juga diikuti oleh TNI, Polri, pelajar dan mahasiswa ini juga menebar 10 ribu bibit ikan nila di sepanjang Kali Lo. Penulis dan komedian Raditya Dika juga ikut 'nyemplung' kali.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo mengungkapkan, saat ini ada 116 sungai di Banyuwangi yang kualitasnya bervariasi. Wilayah perkotaan rata-rata volume airnya berdebit kecil serta kualitas airnya belum layak dikonsumsi manusia.

Namun sungai yang berada di pedesaan rata-rata berdebit besar dengan kualitas air yang bisa digunakan untuk budidaya perikanan. Di festival yang rencananya akan digelar rutin tiap tahun ini, akan dilombakan gerakan membersihkan sungai dengan beberapa kategori.

Di antaranya kategori sungai yang sudah bersih dari sampah limbah domestik maupun pembuangan industri. Selain itu, ada kategori pemanfaatan sepadan sungai untuk penanaman pohon.

Dia menambahkan, untuk menjaga kualitas air di mata air, Pemkab Banyuwangi telah menanam sedikitnya 21.000 bibit berbagai jenis pohon.

"Besarnya partisipasi masyarakat juga akan dilombakan di sini, sejauh mana mereka peduli akan kebersihan sungai. Lewat festival ini, kami ingin sungai-sungai ini bisa meningkat kualitasnya," pungkas Guntur.

Desainer Lokal Hingga Desainer Ternama Indonesia Adu Gengsi di BBF 2014


Desainer Lokal Hingga Desainer Ternama Indonesia Adu Gengsi di BBF 2014

Banyuwangi - Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2014 ‎menjadi ajang pembuktian para desainer-desainer lokal dan desainer ternama Indonesia. Berbagai busana akan ditampilkan dalam pagelaran batik khas Banyuwangi, Sabtu (20/9/2014) malam nanti.

Dan pasti pertaruhan gengsi desain batik dengan motif "Kangkung Setingkes" akan diperagakan para model.

‎Desainer ternama Indonesia, Priscilla Saputro mengaku akan mengangkat tema "Compassion in Deversity". Tema ini sesuai dengan filosofi tema BBF 2014 yang menunjukkan keindahan dan keanggunan yang terikat dalam persatuan.

Untuk busana, dirinya akan memadukan antara batik dan kain beludru yang lembut ‎yang menyimbolkan kekayaan.

"Beludru biasa dipakai para raja dan bangsawan. Kami akan padukan dengan batik Banyuwangi yang juga memiliki kekayaan makna.‎ Kekayaan ini saya akan apresiasikan dengan kekayaan hati warga banyuwangi dan keragaman budayanya," ujar Priscilla kepada detikcom, Sabtu (20/9/2014).

Selain itu, kata Priscilla‎, dua batik yang didesain khusus berbahan seni tenun sutra tangan, akan tampil pada puncak fashion show BBF yang akan diperagakan oleh Putri Indonesia 2014, Elvira Devinamira.

"‎Putri Indonesia akan tampil di akhir acara menggunakan gaun khusus dari kami. Tidak hanya itu saja, ada 20 desain busana yang akan kami tampilkan pula," pungkas wanita yang sudah 10 tahun mengexplorasi berbagai motif batik nusantara ini.

‎Selain desainer ternama, ada pula desainer lokal Banyuwangi yang akan menampilkan busananya di ajang kali kedua BBF ini. Adalah Irmaniah, salah satu desainer kawakan asal Banyuwangi. Meski lama dan berkarya di pulau Bali, dirinya terpanggil hadir dan menampilkan karyanya di ajang ini.

"Kita akan tampilkan beberapa karya busana ‎mulai dari kebaya hingga busana batik kasual yang akan saya tampilkan," ujarnya kepada detikcom.

‎Dari berbagai desain baju yang akan ditampilkannya pada malam nanti, wanita berkerudung ini mengaku tidak akan menampilkan busana yang terbuka. Sangat berbeda dengan busana yang dia produksi untuk diexpor ke luar negeri.

"Pak anas minta agar tidak ada kostum terbuka. Dan semua desain yang akan saya tampilkan semuanya tertutup dan mencerminkan budaya Indonesia yang berbusana sopan dan santun," tandasnya.

Bebatuan Pulau Merah Banyuwangi Diteliti 21 Geolog


Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpu

 

BANYUWANGI,  - Sebanyak 21 peneliti dari dalam dan luar negeri melakukan field trip (studi lapangan) ke wilayah Pulau Merah yang menjadi areal pertambangan Tumpang Pitu selama satu minggu.

Studi lapangan tersebut merupakan kerjasama dari tiga lembaga dari Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI), Society of Economic Geologists (SEG), CODES University of Tasmania, Australia.

Para peneliti berasal dari Australia, Jepang, Brazil, Mexico, Inggris, China, Laos. Mereka dipimpin oleh geolog ekonomi nasional Ade Maryono.

"Mereka menginap selama dua hari di Pulau Merah untuk melihat kondisi bebatuan Pulau Merah sekaligus observasi terkait aktivitas pertambangan yang ada," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Rabu (7/10/2015).

Bupati Anas mengaku sempat mendapat penjelasan dari Ketua rombongan para Geolog David Cooke yang menyatakan Pulau Merah memiliki kandungan emas terbaik di dunia, termasuk pola-pola endapan batuan yang juga menarik.

Indonesia, menurut Anas menjadi lokasi yang dituju untuk kegiatan field trip ini pasca-diputuskan dalam konferensi pertambangan (SEG - CODES Conference) yang digelar di Hobart, Australia, awal September 2015 lalu.

Di Indonesia, para peneliti ini menghabiskan waktu selama delapan hari mengunjungi sejumlah lokasi pertambangan, yaitu di Pulau Merah Banyuwangi, Batu Hijau-Lombok, dan beberapa lokasi pertambangan di Sulawesi.

"Mereka sempat menanyakan ke saya bagaimana mungkin suatu kawasan pertambangan bisa bertetangga baik dengan suatu kawasan wisata. Ini sangat menarik bagi mereka," kata Anas.

Pulau Merah menjadi salah satu destinasi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi. Pada bulan akhir September 2015, Pantai Pulau Merah menjadi tempat pelaksanaan Kompetisi Surfing Internasional 2015.

Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpuf

Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpuf
Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpuf
Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpuf
Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpuf
Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpufb
Banyuwangi - Festival Batik Banyuwangi 2015 di Taman Blambangan, Banyuwangi, Sabtu (10/10/2015) malam siap memamerkan batik khas Paras Gempal. Apa itu Paras Gempal?

"Setiap motif batik Banyuwangi memiliki filosofi yang tinggi. Paras adalah batu cadas dan gempal artinya runtuh. Jika disatukan, paras gempal bermakna kerukunan terhadap sesama," jelas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu (07/10/2015).

Ia menjelaskan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu mengambil tema berbeda. Pada Festival Batik Banyuwangi 2013 dan 2014 temanya motif batik Gajah Uling dan Kangkung Setingkes. Ia menegaskan festival tersebut ajang mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal dan industri kreatif di Banyuwangi.

"Pergelaran BBF (Banyuwangi Batik Festival) ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya batik agar semakin diminati masyarakat, baik untuk fesyen maupun sebagai indentitas daerah," ujar dia.

Kegiatan ini, kata dia, juga sebagai ikhtiar Banyuwangi dalam mempromosikan batik lokal ke khalayak luas agar perekonomian para perajin batik semakin terangkat. Ia menjelaskan bahwa batik kini bukan lagi menjadi fesyen yang ketinggalan zaman atau bagian dari gaya lawas, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini dan menjadi tren ke depan.

"Tren ini harus dijawab dengan keseriusan semua elemen, termasuk pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan batik, baik dari sisi desain, kemasan kegiatan, maupun aspek ekonominya. Itu semua kita wujudkan melalui Banyuwangi Batik Festival," ungkap dia.

Melalui kegiatan festival, lanjut Anas, pemerintah ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku industri batik daerah untuk mendapatkan inspirasi baru dalam mengembangkan batik daerah. Ajang ini juga menjadi media yang strategis bagi para pengusaha batik untuk bertemu dengan pasar batik yang lebih luas.

"Kami ingin perajin batik lokal mendapatkan pengalaman yang menginspirasi dan bisa membawa batik Banyuwangi naik ke level yang lebih tinggi. Apalagi Februari 2015 Batik Banyuwangi telah hadir di ajang peragaan busana prestisius, Indonesia Fashion Week. Semua upaya kami ini ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri batik itu sendiri," tutur dia.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Hary Cahyo Purnomo mengatakan festival batik yang telah memasuki penyelenggaraan tahun ketiga ini memiliki rangkaian kegiatan yang beragam, mulai lomba desain batik, lomba busana batik, lomba mencanting, pameran dan promosi batik, peragaan busana batik di pedestrian, dan puncaknya BBF Fashion Show. - See more at: http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2243430/batik-paras-gempal-festival-batik-banyuwangi-2015#sthash.tUPke4MP.dpuf