https://www.box.com/s/bb4rmtecvqedbsjivr94

Selasa, 22 September 2015

                                            Air Mata Terakhir Bunda 

Doa ibu adalah segala hal bagi anak-anaknya. Ibu adalah tuhan kecil dengan ketulusan cintanya. Dia tak pernah mengharapkan balasan apa-apa dari anak-anaknya. Baginya tugasnya hanyalah memberi dan memberi. Mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan hingga menghantarkan anaknya menjadi manusia yang berguna adalah kewajiban dari cinta yang Tuhan titipkan padanya (hal 8)
Itulah gambaraan seorang ibu dimata penulis produktif asal Surabaya, Kirana ‘Key’ Kejora. Di novelnya yang ke 9 ini Key mengisahkan bagaimana doa, ketulusan, kasih sayang, dan kegigihan seorang ibu yang dalam kemiskinannya mampu melewati getirnya hidup dengan tegar hingga anak-anaknya dapat meraih cita-cita dan impiannya.
Novel yang diadaptasi dari kisah nyata ini menceritakan perjalanan hidup seorang anak bernama Delta yang dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu mencintainya. Sriyani, ibu dari Delta dan Iqbal adalah seorang single parent yang harus berjuang membesarkan kedua anak laki-lakinya. Suaminya meninggalkannya begitu saja dan menikah kembali dengan wanita lain sementara hubungannya dengan Sriyani dibiarkannya menggantung tanpa status yang jelas.
Sementara suaminya hidup berkecukupan dengan wanita lain, Sriyani tertatih-tatih membesarkan kedua anak lelakinya. Walau hidup dalam kekurangan Sriyani pantang meminta bantuan dari suaminya yang meninggalkannya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membiayai sekolah kedua anaknya ia menjadi buruh cuci setrika sambil berjualan lontong kupang, makanan khas kota lumpur Sidoarjo yang ia jajakan sendiri dengan sepeda tuanya.
Walau hidup dalam kemiskinan namun Sriyani mendidik Delta dan Iqbal untuk tidak meratapi kemiskinan mereka. Ia tidak ingin melihat anaknya sedih dalam kemiskinan, dalam setiap kesempatan ia selalu menekankan pada kedua anaknya bahwa kemiskinan bukanlah petaka yang harus diratapi, tetapi harus dihadapi dengan bekerja dan bekerja.
Berbagai kesulitan hidup menerpa kehidupan mereka namun bagi Sriyani kemiskinan bukan halangan untuk membahagiakan anak-anaknya. Baginya dia selalu berusahan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya dengan sederhana dan apa adanya. Dari ketegaran, kekuatan doa, dan cinta seorang ibu yang dahsyat inilah Delta tumbuh dan bersekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Ketika gelar kesarjanaannya diraihnya, keinginannya terbesarnya adalah mempersembahkan gelarnya pada ibunya yang begitu mencintainya tanpa pamrih.
Di novel setebal 204 halaman ini pembaca akan diajak menyusuri kehidupan Delta dan ibunya. Kisah-kisah yang dihadirkan dalam setiap babnya merupakan mozaik kehidupan keluarga ini yang harus bergelut dengan kemiskinan untuk bertahan hidup. Dan ketika seluruh bab dalam novel ini selesai kita baca maka akan terbentuklah sebuah lukisan indah akan betapa agungnya ketulusan cinta seorang ibu pada anak-anaknya.
Walau menceritakan sebuah keluarga miskin namun novel yang juga mengambil setting terjadinya bencana lumpur Lapindo ini bukan novel yang cengeng, walau berjudul Air Mata Terakhir Bunda tidak ada kisah tangisan dalam novel ini karena seperti yang diungkapkan Delta tentang ibunya dalam novel ini
"Ibu tidak pernah menangis di depan kami, kalaupun ingin menangis, ibu hanya menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh kami, anak-anak yang selalu dikuatkan dengan kata-kata...
jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, hadapi!
Novel ini bukan novel yang bertangis-tangisan tetapi novel ini sanggup membuat haru pembacanya melalui dialog-dialog antar tokohnya. Selain itu novel ini juga menyampaikan pesan kehidupan tentang ketegaran sebuah keluarga yang tidak menyerah pada keadaannya dan ketulusan cinta dan pengorbanan seorang ibu yang tentunya akan menginspirasi kita semua.
Diluar kisah Delta dan ibunya, novel ini juga memberikan beberapa hal yang menambah wawasan pembacanya yaitu uraian kronologis mengenai penyebab terjadinya tragedi lumpur lapindo, kearifan lokal dari legenda misteri Candi Pari (candi purba di Siring-Porong), sejarah komedi putar pertama di dunia, hingga lontong kupang yang merupakan makanan khas kota lumpur Sidoarjo.
Sebagai sebuah novel yang mengangkat kisah perjuangan dan pengorbanan seorang ibu saya rasa novel ini berhasil mengungkapkan gambaran betapa dahsyatnya kekuatan doa dan cinta sejati seorang ibu pada anak-anaknya, hanya saja yang agak disayangkan novel ini saya rasa kurang memberi gambaran yang dramatis tentang tragedi lumpur Lapindo yang merupakan bagian dari setting kisah di novel ini.
Dampak tragedi lumpur Lapindo memang terungkap dalam novel ini, namun yang diangkat adalah orang-orang diluar tokoh utamanya, lalu bagaimana dengan dampaknya bagi keluarga Sriyani? Rasanya tragedi ini seolah tak terlalu menyentuh kehidupan Sriyani dan keluarganya. Seperinya akan lebih dramatis jika tragedi ini menyentuh langsung kehidupan keluarga Sriyani sehingga tokoh Sriyani dan keluarganya dapat mewakili bagaimana menderitanya rakyat kecil akibat bencana yang saat ini masih terus berlangsung namun ironisnya sudah sudah mulai dilupakan orang.
Terlepas dari hal diatas novel ini tampaknya cukup berhasil menarik minat pembacanya, promo novel yang dilakukan secara gencar di berbagai kota dan sosial media berbuahkan hasil yang menggembirakan. Setelah 3 minggu beredar di toko-toko buku sebanyak 5000 ekslempar, novel ini dikabarkan siap untuk dicetak ulang. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk novel yang diterbitkan secara indie ini. Kabar terakhir, novel ini juga telah dipesan oleh sebuah BUMN untuk mendukung program yang berkaitan dengan keluarga.
Akhir kata, semoga dengan semakin banyaknya orang yang membaca novel ini, kegigihan, ketabahan, kesabaran , dan doa seorang ibu dapat mengguhak kesadaran pembacanya untuk selalu menghargai peran seorang ibu sebagai pribadi istimewa yang dipercayakan oleh Tuhan untuk melahirkan dan membesarkan generasi penerus pewaris bumi ciptaanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar